Para penjahat siber saat ini sedang mencoba menyasar perusahaan yang ada di Asia Tenggara. Tujuannya jelas untuk mencuri data bisnis perusahaan melalui serangan ransomware. Diperkirakan tren ini akan terus berlanjut, bahkan mereka bisa menggunakan cara yang lebih canggih.
Menurut laporan perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, setidaknya ada 300 ribu serangan ransomware yang mengancam perusahaan di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2022 lalu.
Ransomware merupakan jenis malware yang mengunci komputer dan perangkat seluler seseorang ataupun mengenkripsi file elektronik. Para korban yang ingin mendapatkan kembali datanya, harus membayar sejumlah uang kepada para penjahat siber sebagai tebusan.
Ransomware sebenarnya telah berkembang pesat sejak serangannya pertama kali dilakukan tahun 1989. Kemudian pada 2016, aktor di balik ancaman ini mengalihkan targetnya dari pengguna individu ke perusahaan yang lebih besar.
Karena sifat pengembalian investasinya yang tinggi, maka grup ransomware terus menyerang perusahaan global, tak terkecuali kawasan Asia Tenggara.