Pihak XL Axiata, TelkomGroup, dan Smartfren sudah mulai bergerak menuju penggunaan teknologi FMC. Para pemain besar tersebut mau tidak mau harus ikut bergabung untuk melakukan inisiasi teknologi FMC.
"Karena kalau tidak dilakukan Telkom ya operator lain akan lakukan," kata Niko Margaronis yang merupakan Analis dari BRI Danareksa.
Menurut Niko, Para operator telekomunikasi harus bisa menghidupkan layanan 5G dan FMC secara berbarengan, jadi tidak bisa memilih salah satu saja, walaupun layanan FMC lebih mendatangkan keuntungan daripada 5G.
Dengan menggabungkan layanan ini para operator bisa memasarkan OTT, LoT, dan layanan Internet untuk rumah. "FMC basisnya, supaya operator bisa jualan, offering (layanan) harus komprehensif," sambung Niko.
Layanan 5G di Indonesia diperkirakan akan semakin meluas di tahun 2024, walaupun penetrasi di layanan mobile mengalami penurunan, tetapi layanan fixed broadband justru memiliki kemungkinan besar untuk semakin bertumbuh.
Permintaan pasar di sektor telekomunikasi saat ini mengacu kepada efisiensi, sehingga para operator ingin memberikan layanan yang terbaik bagi masyarakat.
"Apa yang menguntungkan konsumen kami di BNKP akan dukung, tapi ada catatan kalau FMC diimplementasikan, misal apakah kualitasnya akan seperti apa dan jangan sampai ini hanya vendor driven saja bukan didorong dari kebutuhan konsumen," kata Heru Sutadi selaku Direktur Eksekutif ICT Institute yang juga Anggota Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) RI.
Heru juga menyarankan untuk memikirkan biaya yang akan dibebankan kepada pengguna agar tidak lebih mahal. Para operator bisa memainkan faktor diskon dengan memberikan bundling, agar menarik minat para pengguna.
“Pasar global FMC diperkirakan naik cukup besar pada 2023-2028 terutama di Eropa, Asia Pasifik dan Amerika Utara. Banyak negara sekadar satukan fixed dan mobile hanya karena faktor kompetisi, selain itu di banyak negara lain yag pemain telkonya enggak begitu, banyak mereka bermain di sisi diskon (harga). Langkah awal penyatuan agar operator telko dapat dua pendapatan dari mobile dan fixed. Dari sisi konsumen, dari sisi yang fixed tarif yang langganan ini harus beri manfaat, harga lebih mahal ya orang enggak mau.” ungkap Heru.
(Andera Wiyakintra)