Kajian para peneliti ini mengungkap relokasi gempa bumi yang dicatat oleh BMKG di Indonesia dan inversi data global positioning system (GPS) menunjukan ada celah seismik yang jelas di sebelah selatan Pulau Jawa.
Kesenjangan seismik itu diduga terkait dengan sumber potensi gempa megathrust di masa depan di wilayah tersebut.
Untuk menilai bahaya gelombang yang akan terjadi, pemodelan tsunami dilakukan berdasarkan beberapa skenario yang melibatkan gempa bumi tsunamigenik besar yang ditimbulkan oleh pecahan di sepanjang segmen megathrust selatan Jawa.
Dari hasil pemodelan dalam penelitian ini menunjukkan skenario terburuknya jika 2 segmen megatrust di selatan Jawa pecah secara bersamaan, terdapat potensi tsunami dengan ketinggian maksimum hingga 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di Jawa Timur .
Dalam skenario terburuk gempa megatrust tersebut, rata-rata ketinggian maksimum tsunami di seluruh pantai selatan Jawa adalah 4,5 meter.
Para peneliti dalam riset ini menyimpulkan hasil pemodelan mereka selaras dengan seruan untuk memperkuat Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (InaTEWS), khususnya di Jawa yang padat penduduk.
Dalam penelitian itu juga disebutkan celah seismik di lepas pantai barat daya Sumatera, yang memiliki risiko untuk dapat terjadinya peristiwa megathrust di masa depan, telah dipelajari secara rinci.