Keragaman etnik dan budaya yang dimiliki ini seyogianya tidak lantas membuat kita merasa harus berbeda antara satu dengan lainnya. Karena, faktanya keberagaman tersebut mampu berjalan selama puluhan tahun kita merdeka.
Pendiri bangsa ini juga dengan sadar telah mendeklarasikan kemerdekaan bangsa ini di atas fakta keberagamannya. Maka, sangat naif jika asal-usul dan isu identitas kembali dikorek-korek oleh pihak tertentu hanya untuk tujuan jangka pendek, yakni demi perebutan kekuasaan dan sumber daya.
Beberapa waktu lalu tenun kebangsaan kita seolah terkoyak ketika sejumlah oknum melontarkan ucapan bernada rasis kepada mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur. Insiden tersebut ternyata harus dibayar sangat mahal. Pascakejadian di Surabaya tersebut kerusuhan meledak di sejumlah daerah di Papua dan menewaskan puluhan orang.
Kejadian ini seharusnya memberi pelajaran kepada semua pihak bahwa jangan pernah bermain-main dengan isu identitas. Semua perlu menyadari bahwa kemerdekaan dan hasil pembangunan yang dicapai di saat ini adalah kontribusi dan hasil jerih payah seluruh anak bangsa tanpa perlu melihat asal-usul, etnik, agama, maupun budayanya. Semua adalah satu sebagai bangsa Indonesia. Ikrar ini bahkan sudah dikumandangkan oleh pemuda dari berbagai daerah Indonesia pada 28 Oktober 1928 melalui Sumpah Pemuda.
(Ahmad Luthfi)