JAKARTA – Tim internasional, yang dipimpin oleh ilmuwan dari Max Planck Institute for the Science of Human History dan Leon Levy Expedition, berhasil mengambil dan menganalisis data genom secara luas dari orang yang hidup selama Zaman Perunggu dan Zaman Besi. Ini terletak di kota pelabuhan kuno Ashkelon, salah satu kota inti orang Filistin selama Zaman Besi.
Peneliti menemukan bahwa leluhur Eropa diperkenalkan di Ashkelon sekitar waktu kedatangan orang Filistin kuno. Temuan ini menunjukkan bahwa leluhur bangsa Filistin melakukan perjalanan melintasi Mediterania dan tiba di Ashkelon pada awal Zaman Besi, sekitar 3.600-2.800 tahun yang lalu.
Komponen genetik yang berhubungan dengan Eropa ini berkurang selama berabad-abad berikutnya oleh kumpulan gen lokal Levantine, yang menunjukkan percampuran yang meluas antara penduduk lokal dan orang asing. Hasil DNA ini dipublikasikan dalam Science Advances, yang merupakan terobosan besar dalam mengetahui asal-usul bangsa Filistin Kuno.
Studi ini menganalisis DNA dari sepuluh set jasad manusia yang ditemukan dari Ashkelon dalam tiga periode waktu yang berbeda. Di antaranya adalah pemakaman Zaman Perunggu Pertengahan/Akhir (sekitar tahun 1650-1200 SM), pemakaman bayi dari akhir tahun 1100-an SM, dan orang-orang yang dimakamkan di pemakaman Filistin pada Zaman Besi (abad ke-10 dan ke-9 SM).
Dibandingkan dengan sampel Zaman Perunggu pra-Filistin (2% hingga 9%), para peneliti menemukan bahwa empat sampel DNA Zaman Besi awal, yang semuanya berasal dari anak-anak yang terkubur di bawah lantai bangunan Filistin, memiliki "keturunan Eropa tambahan" yang lebih besar secara proporsional (sekitar 14%) di dalam profil genetik mereka.
Mereka menetap di tempat yang sekarang dikenal sebagai Gaza dan mendirikan salah satu kota utama mereka di sana. Namun, bangsa Filistin, seperti banyak peradaban kuno lainnya, akhirnya lenyap dari catatan sejarah, dengan identitas berbeda mereka yang punah sekitar 2.500 tahun yang lalu.
Enam abad kemudian, selama penindasan Romawi terhadap pemberontakan Yahudi Bar Kokhbar pada tahun 132-136 SM, nama "Palestina" kembali hidup. Setelah itu, mereka menyebut wilayah yang tadinya adalah Yudea sebagai "Suriah Palaestina." Provinsi baru ini diapit di sebelah utara oleh Suriah dan di sebelah timur dan selatan oleh Arabia Petraea.
Pada akhir abad ke-4, Palaestina Suriah telah dibagi menjadi dua provinsi yang lebih kecil, Palaestina Prima dan Palaestina Seconda, yang terakhir ini mencakup wilayah Transyordania. Dulunya wilayah ini merupakan bagian dari Arabia Petraea dan sekarang dikenal sebagai Palestina Salutoris (atau Palaestina Tertia), yang meliputi Sinai, Negev, dan Arabah.