Wisata luar angkasa bagi banyak orang adalah sebuah mimpi, termasuk bagi miliarder Richard Branson, pemilik dari Virgin Galactic.
“Kami akan memberikan orang-orang ‘rasa’ dari luar angkasa, dari sana kita mungkin bisa mengirim orang ke orbit. Saya harap pada masa hidup kita, kita akan memiliki semacam hotel yang mengambang di dekat Bulan,” kata Branson dalam wawancara dengan Smithsonian Channel beberapa tahun lalu.
“Saya sering berfantasi dan bermimpi tentang ini dan saya mengatakan kepada para insinyur tolong bantu kami mengubah mimpi ini menjadi kenyataan.”
Virgin Galactic pernah menargetkan 400 penerbangan wisata luar angkasa setiap tahunnya, yang berati lebih dari satu penerbangan per hari.
Selain biaya yang tinggi, wisata luar angkasa juga memicu kontroversi karena potensi dampaknya terhadap lingkungan.
Pasalnya peluncuran roket secara umum berbahaya bagi lingkungan karena pembakaran bahan bakar roket, mesin roket melepaskan gas berbahaya dan partikel jelaga ke atmosfer bagian atas, yang mengakibatkan penipisan ozon. Dengan semakin populernya wisata antariksa, berarti potensi meningkatnya jumlah peluncuran roket yang meningkatkan jejak karbon juga semakin tinggi.
Beberapa pakar juga menilai wisata luar angkasa ini melanggar pasal Perjanjian Luar Angkasa yang ditandatangani oleh negara-negara adidaya pada 1967 selama Perang Dingin. Pasal tersebut menetapkan bahwa aktivitas entitas nonpemerintah di luar angkasa harus mendapat izin dan diawasi oleh negara pihak. Wisata luar angkasa, seperti misi Polaris Dawn, bukanlah misi dari NASA dan tidak diatur Pemerintah AS.
(Rahman Asmardika)