Nangoi mengatakan, industri otomotif saat ini bisa dengan mudah meningkatkan standar emisi kendaraan di Tanah Air. Hanya saja, masalah ketersediaan bahan bakar yang kompatibel dengan standar emisi Euro 5 ini masih belum tersedia.
“Yang kita perlukan adalah kesiapan pemerintah untuk memodifikasi atau transfer bahan bakar non Euro 5 ke Euro 5 serentak saat undang-undang kendaraan tersebut dijalankan,” ujarnya.
“Kami industri otomotif menyambut baik, tapi perlu digarisbawahi, bersih itu mahal. Euro 5 kendaraan akan lebih mahal, bahan bakar lebih mahal, tapi akan jauh lebih bersih,” lanjutnya.
Diketahui, teknologi Euro 5 membutuhkan bahan bakar jenis Solar dengan kandungan sulfur yang tinggi. Ini untuk memaksimalkan kinerja dari teknologi tersebut sehingga emisi yang keluar lebih sedikit.
(Erha Aprili Ramadhoni)