SEMENJAK dibeli oleh Elon Musk, Twitter, memang telah membuat kebijakan kontroversial. Memang saat ini Twitter tidak lagi dipegang Elon Musk melainkan Linda Yaccarino, tapi tetap Elon Musk turut membuat putusan.
Salah satunya adalah membatasi scrolling twitt per harinya, yang dia umumkan di akun Twitter miliknya. Hal ini langsung memancing reaksi pengguna yang memang sehari-hari beurusan dengan media sosial tersebut.
Kebijakan tersebut akan membatasi scrolling twitt bagi akun terverifikasi sebanyak 6.000 twitt per hari. Sedangkan akun yang belum terverifikasi dan akun baru akan dibatasi sebanyak 600 dan 300 twitt per hari.
Mantan pemilik Twitter, Jack Dorsey memberikan tanggapan soal aturan baru yang dibuat oleh Musk. Meski tak sepenuhnya mendukung kabijakan Elon Musk, dia mengatakan apapun yang dilakukan pasti untun kebaikan perusahaan.
"Menjalankan Twitter itu sulit. Saya tidak berharap tekanan itu menimpa siapa pun. Saya percaya bahwa tim melakukan yang terbaik di bawah tekanan yang mereka miliki, yang sangat besar,"
"Sangat mudah untuk mengkritik keputusan dari jauh… yang mana saya juga bersalah… Tapi saya tahu tujuannya adalah untuk melihat Twitter berkembang. Itu pasti," tulis Jack dalam cuitannya di Twitter.
Namun, Jack berharap di bawah kepemimpinan Elon Musk, Twitter bisa lebih terbuka yang juga akan mengembangkan media sosial tersebut. Ia memberikan contoh tersebut seperti Bitcoin dan Nostr yang bisa membuat perusahaan tetap kokoh.
"Dan saya berharap mereka mempertimbangkan untuk membangun protokol terbuka yang benar-benar tahan sensor seperti bitcoin dan nostr untuk membantu meringankan beban itu. Baik untuk semua, dan penting untuk mempertahankan internet terbuka," tulis Jack.
Sebelumnya, Elon Musk juga telah membuat kebijakan yang mengharuskan akun terverifikasi membayar sebesar USD8 atau setara Rp120 ribuan per bulan. Upaya untuk meningkatkan pendapatan Twitter itu malah membuat saham perusahaan turun tajam sejak dia mengambil alih perusahaan dan memberhentikan sekitar tiga perempat tenaga kerja untuk memotong biaya dan mencegah kebangkrutan.
Pengiklan sejak itu membatasi investasi mereka di Twitter, sebagian karena perubahan yang memungkinkan lebih banyak konten yang terkadang penuh kebencian dan pedas yang menyinggung sebagian besar audiens layanan. Musk baru-baru ini mempekerjakan eksekutif lama NBC Universal Linda Yaccarino untuk menjadi CEO Twitter dalam upaya menarik kembali pengiklan.
(Martin Bagya Kertiyasa)