Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Microsoft Pecat 4 Karyawan karena Protes soal Israel

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Sabtu, 30 Agustus 2025 |14:49 WIB
Microsoft Pecat 4 Karyawan karena Protes soal Israel
Microsoft Pecat 4 Karyawan karena Protes soal Israel (Ilustrasi/Reuters)
A
A
A

WASHINGTON - Perusahaan teknologi Microsoft memecat 4 karyawannya karena demo menentang hubungan perusahaan dengan Israel. Dua dari orang yang dipecat juga ikut serta dalam aksi duduk di kantor presiden Microsoft. 

1. Karyawan Microsoft Dipecat Gara-Gara Protes Israel

Kelompok protes No Azure for Apartheid mengungkapkan, Anna Hattle dan Riki Fameli menerima pesan suara yang memberi tahu bahwa mereka dipecat, melansir Reuters, Sabtu (30/8/2025).

Mereka menambahkan, dua karyawan lainnya, Nisreen Jaradat dan Julius Shan, juga dipecat. Mereka termasuk di antara para pengunjuk rasa yang baru-baru ini mendirikan tenda di kantor pusat Microsoft.

Microsoft mengatakan, pemecatan itu menyusul pelanggaran serius terhadap kebijakan perusahaan. Dalam pernyataannya, mereka mengatakan demonstrasi di lokasi kerja baru-baru ini telah "menimbulkan masalah keamanan yang signifikan." 

No Azure for Apartheid, yang namanya merujuk pada perangkat lunak Azure milik Microsoft, telah menuntut perusahaan tersebut untuk memutuskan hubungan dengan Israel dan membayar ganti rugi kepada warga Palestina.

"Kami di sini karena Microsoft terus menyediakan alat yang dibutuhkan Israel untuk melakukan genosida sambil melakukan gaslighting dan menyesatkan para pekerjanya sendiri tentang kenyataan ini," kata Hattle dalam sebuah pernyataan.

Hattle dan Fameli termasuk di antara tujuh pengunjuk rasa yang ditangkap pada Selasa setelah menduduki kantor Presiden perusahaan, Brad Smith. Lima lainnya adalah mantan karyawan Microsoft dan orang-orang di luar perusahaan.

Smith mengatakan Microsoft menghormati "kebebasan berekspresi yang dinikmati setiap orang di negara ini selama mereka melakukannya secara sah."

 

Investigasi media bersama, yang diterbitkan bulan ini menemukan badan pengawasan militer Israel menggunakan perangkat lunak Azure milik Microsoft untuk menyimpan rekaman panggilan telepon seluler yang tak terhitung jumlahnya yang dilakukan warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki Israel. 

Investigasi yang dilakukan oleh Guardian, publikasi Israel-Palestina +972 Magazine, dan outlet berbahasa Ibrani Local Call, menyatakan Israel mengandalkan cloud Microsoft untuk pengawasan yang luas terhadap warga Palestina.

Menanggapi hal tersebut, Microsoft mengatakan  mereka akan meminta firma hukum Covington & Burling LLP untuk melakukan peninjauan.

Para pekerja Microsoft lainnya juga telah memprotes hubungan perusahaan tersebut dengan Israel.

Pada bulan April, pernyataan CEO Microsoft AI Mustafa Suleyman disela oleh seorang karyawan pro-Palestina yang berunjuk rasa saat perayaan ulang tahun ke-50 perusahaan teknologi tersebut atas hubungan perusahaan tersebut dengan Israel. Karyawan tersebut dan seorang karyawan lain yang berunjuk rasa juga kemudian dipecat.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement