Dari pakar berpakaian profesional hingga pembawa berita realistis dan siswi-siswi imut, terdapat beragam karakter AI yang melayani berbagai kebutuhan emosional. Kebanyakan dari mereka dirancang untuk mendorong konsumsi dan mempromosikan produk yang dibeli banyak lansia tanpa ragu, namun avatar semacam ini juga digunakan untuk menyebarkan propaganda dan menciptakan ketergantungan emosional.
Para ahli memperingatkan keluarga dengan kerabat lansia untuk memantau aktivitas daring mereka dengan cermat, terutama jika mereka menghabiskan terlalu banyak waktu dengan gawai. Meskipun teknologi AI memiliki manfaat praktis yang jelas, teknologi ini juga bisa sangat berbahaya bagi kelompok yang rentan.
(Rahman Asmardika)