 
                Para pegawai Thinking Machines Lab rupanya lebih memilih mempertahankan saham jangka panjang dalam startup ini. Mereka juga punya keyakinan pada visi independen Mira Murati ketimbang menerima tawaran dari korporasi besar semacam Meta.
Lahir pada 16 Desember 1988 di Viore, Albania, Ermira Murati dikenal luas sebagai salah satu arsitek utama perkembangan teknologi AI di dunia. Perempuan yang pernah bekerja di Tesla ini jadi sorotan global setelah memimpin sejumlah proyek terobosan di OpenAI, seperti ChatGPT, DALL·E, dan Whisper.
Mira memiliki latar belakang pendidikan kuat dalam bidang teknik dan teknologi. Pada usia 16 tahun dia memenangkan beasiswa akademik United World Colleges (UWC) untuk belajar di Pearson College di Victoria, British Columbia, Kanada. Dia lulus pada 2005.
 
Setelah itu Mira menuntaskan pendidikan di Dartmouth College, AS, dan menggengam gelar sarjana bidang teknik mesin. Dalam wawancara dengan TIME Magazine awal 2023, Mira menegaskan bahwa pengembangan AI tidak boleh semata-mata berorientasi pada teknis dan efisiensi. 
Menurutnya, partisipasi dari kalangan non-teknis seperti filsuf, seniman, ilmuwan sosial, hingga pembuat kebijakan sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi ini berkembang secara etis dan inklusif.

“AI tidak hanya soal algoritma atau komputasi. Kita membutuhkan suara dari berbagai bidang humaniora untuk menyeimbangkan kekuatan teknologi ini,” ujarnya.
Dia juga menekankan pentingnya keterlibatan publik, regulator, dan pemerintah dalam pengembangan sistem AI berskala besar. Baginya, transparansi dan akuntabilitas merupakan pilar utama dalam membangun sistem AI yang bertanggung-jawab.
Mula-mula magang di Zodiac Aerospace, Mira membangun karier profesionalnya di Tesla pada 2013. Sejak 2016 dia melakoni pekerjaan di perusahaan rintisan Leap Motion Now (sekarang Ultraleap) yang berfokus pada augmented reality (AR).