Sementara itu, Inggris menempuh jalur yang lebih fleksibel. Pendekatan mereka menekankan pada penilaian risiko sebelum sistem AI diterapkan, serta evaluasi dampak sesudahnya. Risiko yang dihitung tidak berdasarkan sektor, tetapi pada dampaknya terhadap manusia. Sistem AI diuji secara menyeluruh, dan hasilnya dikembalikan kepada pengembang untuk mitigasi sebelum digunakan di publik.
“Kami tengah mengevaluasi dua pendekatan tersebut untuk melihat mana yang paling relevan bagi Indonesia,” tutur Wijaya.
“Yang jelas, regulasi AI di Indonesia harus bisa menjawab kebutuhan nasional sekaligus selaras dengan etika global,” tuturnya.
(Erha Aprili Ramadhoni)