Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mengenal Sistem Rudal Hipersonik, Mengapa Begitu Berbahaya dan Sulit Dicegat?

Rahman Asmardika , Jurnalis-Minggu, 24 Maret 2024 |14:05 WIB
Mengenal Sistem Rudal Hipersonik, Mengapa Begitu Berbahaya dan Sulit Dicegat?
Ilustrasi. (Foto: Raytheon)
A
A
A

Sistem hipersonik telah digunakan selama beberapa dekade, ketika John Glenn kembali ke Bumi pada 1962 dari penerbangan berawak AS yang pertama mengelilingi Bumi, kapsulnya memasuki atmosfer dengan kecepatan hipersonik.  

Semua rudal balistik antarbenua (ICBM) di gudang senjata nuklir dunia bersifat hipersonik, mencapai kecepatan maksimum sekitar 15.000 mph (24.140 km per jam), atau sekira 4 mil (6,4 km) per detik.  

ICBM diluncurkan dengan roket besar dan kemudian terbang dengan lintasan yang dapat diprediksi yang membawanya keluar dari atmosfer ke luar angkasa dan kemudian kembali ke atmosfer lagi.  

Meski tidak secepat ICBM, rudal hipersonik generasi baru diluncurkan dengan roket yang lebih kecil yang menjaganya tetap berada di jangkauan atas atmosfer. 

Saat ini ada tiga jenis senjata hipersonik non-ICBM yaitu aero-balistik, kendaraan luncur, dan rudal jelajah.  

Sistem balistik aero hipersonik dijatuhkan dari pesawat terbang, dipercepat hingga kecepatan hipersonik menggunakan roket dan kemudian mengikuti lintasan balistik. Rudal Kinzhal yang digunakan Rusia untuk menyerang Ukraina termasuk dalam aero-balistik, yang sudah ada sejak 1980-an.  

Kendaraan luncur hipersonik didorong dengan roket ke ketinggian dan kemudian meluncur ke sasarannya, bermanuver di sepanjang jalan. Contoh kendaraan luncur hipersonik termasuk Dongfeng-17 milik China, Avangard Rusia, dan sistem Conventional Prompt Strike milik Angkatan Laut AS.  

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement