JAKARTA - Sejumlah skandal melanda perusahaan otomotif Toyota Group sejak beberapa tahun belakangan. Di tengah dominasinya sebagai mobil terlaris dalam beberapa waktu terakhir, Toyota bukan berarti tak mengalami masalah.
Berikut 3 skandal yang menimpa Toyota dan anak usahanya, sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (31/1/2024) :
1. Skandal Uji Tabrak
April tahun lalu, Daihatsu diketahui salah melakukan uji keselamatan tabrakan samping terhadap 88.000 mobil kecil yang akan dijual ke luar negeri. Banyak dari mobil tersebut dijual dengan merek Toyota.
Beberapa bulan berikutnya yakni Desember 2023, Daihatsu mengumumkan hasil investigasi dari skandal manipulasi uji tabrak dari beberapa mobil produksinya. Pengumuman hasil investigasi tersebut dilakukan Daihatsu bersama Toyota yang merupakan pemegang saham mayoritas Daihatsu.
Hasil investigasi tersebut menyebutkan terdapat 174 penyimpangan yang dilakukan Daihatsu saat memproduksi mobil. Penyimpangan itu justru berdampak pada 64 model mobil buatan Daihatsu dan tiga mesin yang telah diproduksi. Mobil terdampak tidak hanya di Jepang, tapi juga di yang produksi di luar negeri.
"Dari hasil ini kami akan mengumumkan seluruh mobil yang sedang diproduksi di Jepang dan negara luar untuk sementara dihentikan untuk dikirim. Kami meminta maaf atas ketidaknyamanan ini terhadap kustomer dan stake holder," ujar President Daihatsu Motor Co, Soichiro Okudaira.
Belakangan, Kementerian Pertahanan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata (MLTI) Jepang resmi mencabut penangguhan pengiriman lima mobil dari Toyota, Daihatsu, dan Mazda dinyatakan aman dan telah memenuhi standar keselamatan.
Kelima model mobil yang sempat dicabut penangguhan distribusinya adalah Toyota Probox, Mazda Familia Van, Daihatsu Gran Max Cargo, Toyota Town Ace Van, dan Mazda Bongo Van.
2. Skandal Pemalsuan Mesin
Pada 2022, unit truk dan bus Toyota, Hino Motors, juga dilanda skandal data mesin.
Hino Motors mengakui telah menyerahkan data emisi dan penghematan bahan bakar yang curang kepada otoritas transportasi.
Kyodo melaporkan, penggunaan data penipuan telah berlangsung setidaknya sejak 2016, dengan perusahaan telah menjual setidaknya 115.526 kendaraan dengan mesin yang disertifikasi pemerintah berdasarkan data yang dicurangi.
"Pabrikan telah memalsukan data untuk beberapa mesin sejak tahun 2003, yang berdampak pada 640.000 kendaraan," melansir Japan Times.