SEJARAH pendirian BRI tidak bisa dilepaskan dari keprihatinan atas kondisi sosial masyarakat, tempat kali pertama bank tersebut didirikan, yaitu Purwokerto, Banyumas. Saat itu, banyak masyarakat di Kota Purwokerto banyak terjerat utang kepada rentenir. Salah satunya guru di salah satu sekolah di Banyumas.
Guru tersebut meminjam ke rentenir atau lintah darat untuk menggelar hajatan khitan anaknya yang berlangsung mewah dan meriah. Salah satu tamu yang hadir dalam acara tersebut adalah Raden Bei Aria Wirjaatmadja, patih Banyumas, yang juga wakil bupati.
Sebagai pejabat pemerintah, Aria tentu tahu besaran gaji dari seorang guru. Karena itu, dia kemudian mengkonfirmasi darimana guru tersebut mendapatkan dana untuk menggelar hajatan besar.
Jawabannya mengejutkan; guru tersebut harus meminjam uang ke rentenir sehingga harus menggembalikan uang pinjaman dalam jumlah berlipat. Cerita tersebut ditulis dalam buku One Hundred Years Bank Rakyat Indonesia, 1895-1995.
Dari keprihatinan ini, gerakan dimulai dengan modal pertama dari kas masjid kota Purwokerto sebesar 4.000 gulden.Kas tersebut kemudian diputar untuk pinjaman ke masyarakat seperti pegawai, guru dan petani yang membutuhkan agar terbebas dari jerat lintah darat.
Misi tersebut kemudian berlanjut dari zaman kolonial ketika kali pertama berdiri, sampai era digital sekarang ini, sesuai eranya masing-masing. Mulai dari fokus pertanian dengan pinjaman untuk petani dan sempat disebut bank wong ndeso, karena memiliki kantor di desa desa.
Data pada akhir Kuartal II 2022 saja tercatat jumlah rekening Tabungan BRI Simpedes mencapai sebanyak 110,98 juta rekening dengan total simpanan mencapai Rp 282,38 triliun!
Untuk petani, BRI juga memiliki program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian dengan bunga rendah 6 persen. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengalokasikan dana Rp270 triliun pada 2023.