JAKARTA - Seperti diketahui bersama bahwa luar angkasa merupakan ruang hampa yang tidak memiliki udara. Hal ini tentu menimbulkan tanya apakah luar angkasa memiliki aroma khas.
Banyak yang menganggap ruang angkasa tidak memiliki aroma sama sekali. Karena sampai saat ini belum ada yang benar-benar merasakan aroma luar angkasa secara langsung.
Ini lantaran manusia akan mati ketika melepas pakaian dinas mereka saat berada di luar angkasa. Tapi berdasarkan beberapa pengakuan astronot, ruang angkasa berbau seperti benda yang dibakar.
Saat astronot melepas helm yang dikenakan atau ketika pintu airlock stasiun luar angkasa dibuka, banyak dari mereka yang mencium bau unik. Kebanyakan mengaku mencium bau benda terbakar.
“Ruang angkasa pasti memiliki bau yang berbeda dari apa pun,” kata astronot NASA Dominic “Tony” Antonelli setelah berjalan di luar angkasa pada tahun 2009, dikutip dari Live Science, Rabu (6/12/2023).
"Seperti logam panas, daging terbakar, kue terbakar, bubuk mesiu bekas, dan pengelasan logam,” menurut perkiraan Steve Pearce, ahli biokimia dan CEO Omega Ingredients.
Sementara itu, mantan astronot NASA Thomas Jones membandingkan bau tersebut dengan ozon. Astronot NASA lainnya, Don Pettit, mendeskripsikan bau luar angkasa sebagai logam manis.
"Deskripsi terbaik yang dapat saya berikan adalah logam. Sensasi logam manis yang menyenangkan. Itu mengingatkan saya pada asap las yang berbau manis dan menyenangkan," tambah Pettit.
Ada sejumlah kemungkinan penjelasan mengenai aroma luar angkasa. Salah satunya ada hubungannya dengan oksigen yang beredar di sekitar Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Sinar ultraviolet dari matahari dapat memecah molekul oksigen (O2), yang terbuat dari dua atom oksigen, menjadi atom oksigen tunggal. Oksigen atom ini dapat menempel pada pakaian astronot.
Oksigen yang menempel kemudian memicu reaksi kimia yang mungkin menyebabkan bau tersebut, seperti pembentukan ozon.
Teori lain adalah bahwa aroma tersebut berkaitan dengan ledakan bintang-bintang yang sekarat. Ledakan itu menghasilkan molekul berbau yang dikenal sebagai hidrokarbon aromatik polisiklik yang dapat ditemukan dalam batu bara, makanan, dan minyak.
(Saliki Dwi Saputra )