Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Peneliti Ungkap Jejak Kaki Manusia Tertua Berusia 21.500 Tahun

Redaksi , Jurnalis-Sabtu, 07 Oktober 2023 |07:53 WIB
Peneliti Ungkap Jejak Kaki Manusia Tertua Berusia 21.500 Tahun
Jejak kaki manusia purba (Foto: National Service Park)
A
A
A

NEW MEXICO - Sebuah penelitian mengungkap jejak kaki manusia tertua berusia 21.500 tahun di Amerika Utara. Jejak kaki yang tersebar di White Sand, New Mexico tersebut pertama kali ditemukan pada 2021 lalu. Penelitian lebih lanjut kemudian dilakukan Oleh US Geological Survey (USGS) hingga dicapai penanggalan usia yang akurat dari jejak kaki tersebut.

Sebagaimana dilansir dari situs Science Alert, Jumat (6/10/2023) secara garis besar, penelitian untuk mengungkap kebenaran usia dari temuan jejak kaki manusia tersebut dilakukan berdasarkan pada sistem penanggalan radiokarbon. Kandungan karbon diambil dari benih tanaman air bernama Ruppia cirrhosa – spiral ditchgrass – yang ditemukan tertanam dalam jejak fosil tersebut.

Radiokarbon sendiri merupakan bentuk karbon radioaktif, atau C-14, yang terbentuk jauh di atmosfer bumi ketika sinar kosmik bertabrakan dengan nitrogen. Bumi yang terus-menerus diguyur hujan ringan oleh C-14 ini kemudian menjadikan kandungan radiokarbon diserap oleh tanaman dan hewan selama mereka hidup. Maka dari itu, hal ini kemungkinan juga terjadi pada tanaman yang ditemukan tertanam dalam jejak fosil tersebut.

Selain itu, radiokarbon atau C-14 ini disebut juga terurai menjadi karbon stabil pada laju yang diketahui, sehingga para ilmuwan dapat melihat rasio C-14 terhadap karbon stabil dalam suatu sampel dan menentukan umur sampel tersebut.

Meskipun demikian, hasil penelitian yang mengarah pada klaim keberadaan manusia di masa Glasial terakhir di Amerika Utara tersebut masih mendapat respon abu-abu dari komunitas arkeolog.

Ahli geologi dari US Geological Survey (USGS), Jeff Pigati, yang sekaligus memimpin penelitian tersebut menjelaskan bahwa keraguan komunitas arkeolog itu didasarkan pada belum cukupnya penanggalan radiokarbon untuk memastikan klaim tersebut.

“Reaksi langsung dari beberapa kalangan komunitas arkeologi adalah keakuratan penanggalan kami tidak cukup untuk membuat klaim luar biasa bahwa manusia ada di Amerika Utara pada masa Maksimum Glasial Terakhir,” jelas Jeff.

Lebih lanjut, diketahui bahwa keraguan tersebut didasarkan pada fakta bahwa tanaman yang ditemukan dalam temuan jejak kaki manusia itu merupakan tanaman akuatik. Di mana, jenis tanaman yang menyerap air ini kemungkinan akan menyerap kandungan karbon dari air itu sendiri.

Sehingga, masih ada kemungkinan bahwa kandungan karbon yang diteliti justru berasal dari air yang diserap tanaman tersebut selama hidupnya, bukan karbon yang berasal dari atmosfer. 

Tidak menyerah, baru-baru ini metodologi lain diterapkan untuk memastikan klaim lebih lanjut. Tim dari USGS mengumpulkan serbuk sari tumbuhan runjung dari lapisan geologi yang sama dengan benih rumput parit yang ada pada temuan jejak kaki itu.

Hasilnya, meskipun memiliki sifat yang berbeda dengan tumbuhan akuatik yang ada pada temuan jejak kaki tersebut, tumbuhan runjung yang bersifat terestrial atau tidak menyerap karbon lain selain karbon dari atmosfer tetap menunjukkan penanggalan karbon antara 22.600 hingga 23.400 tahun yang lalu. Usia yang berada dalam kisaran klaim yang sudah dikatakan sebelumnya, yaitu 21.500 tahun.

Dengan demikian , tambahan hasil penelitian tersebut semakin membuktikan bahwa temuan jejak kaki manusia tertua berusia 21.500 tahun itu telah menandakan adanya kehidupan manusia di Amerika Utara pada masa Glasial terakhir.

“Zaman baru kita, dikombinasikan dengan bukti geologis, hidrologi, dan stratigrafi yang kuat,” kata Kathleen Springer, ahli geologi dari USGS, yang ikut memimpin penelitian.

“Dengan tegas ini mendukung kesimpulan bahwa manusia hadir di Amerika Utara selama Maksimum Glasial terakhir,” pungkasnya. (Chasna Alifia Sya’bana)

(Saliki Dwi Saputra )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement