Kesaksian tersebut tentu berhubungan dengan eksistensi Tiktok sebagai platform media sosial yang sudah dihiasi oleh akun-akun artis dan influencer dengan followers yang tidak sedikit, bahkan mencapai jutaan.
Saat para artis ikut berjualan, maka hampir dapat dipastikan penjualannya akan ramai, mengingat besaran pengikut dan penontonnya saja sudah jauh berbeda dibanding pedagang kecil.
Selain itu, kenyataan di atas kembali sejalan dengan pernyataan Teten Masduk. Menurutnya, kerugian yang dialami pedagang bukan lagi disebabkan oleh kurangnya literasi digital. Sebab, banyak pedagang yang sudah memanfaatkan platform e-commerce sejak lama.
Dirinya justru menyinggung penyebab lain berupa adanya arus barang impor ilegal yang masuk ke Tanah Air dengan harga yang sangat murah, sehingga mengganggu kestabilan harga pasar.
“Saya berkesimpulan produk yang dijual oleh mereka tidak bisa bersaing karna ada produk-produk impor yang dijual yang harganya sangat murah sekali," kata Teten usai melakukan sidak di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sementara itu, untuk mengatasi pro kontra Social Commerce, Asosiasi Pengusaha Logistik E-Commerce (APLE) telah memberikan beberapa rekomendasi. Di antaranya berupa evaluasi regulasi yang mengikutsertakan pemerintah untuk melakukan pengawasan ke setiap platform e-commerce, terutama dalam hal perizinan resmi di Indonesia. (Chasna Alifia Sya’bana)
(Saliki Dwi Saputra )