MEMBUAT obat baru adalah tugas yang mahal dan memakan waktu. Pasalnya, akan ada ratusan atau ribuan eksperimen yang harus dilakukan, dan sebagian besar akan berakhir dengan kegagalan.
Meski demikian, Vanessa Smer-Barreto, Peneliti Institut Genetika dan Kedokteran Molekuler, Universitas Edinburgh, menyebut bahwa keberadaan kecerdasan buatan (AI) akan memberikan pembelajaran mesin yang dapat mempercepat proses secara besar-besaran, dan melakukan pekerjaan dengan harga yang lebih murah.
"Rekan-rekan saya dan saya baru-baru ini menggunakan teknologi ini untuk menemukan tiga kandidat obat senolitik yang menjanjikan, obat ini memperlambat penuaan dan mencegah penyakit terkait usia," katanya seperti dilansir dari The Conversation.
"Senolitik bekerja dengan membunuh sel-sel tua. Ini adalah sel yang hidup (aktif secara metabolik), tetapi tidak dapat lagi bereplikasi, oleh karena itu nama panggilannya sel zombie," tambah dia.
Menurutnya, ketidakmampuan untuk meniru belum tentu merupakan hal yang buruk. Misalnya, sel-sel kulit yang rusak akibat sinar matahari, mereka mengeluarkan campuran protein inflamasi yang dapat menyebar ke sekitarnya. Dengan tidak berreplikasi, maka pasti akan menghentikan penyebaran kerusakan.
Oleh karena itu, banyak dari para peneliti termasuk Universitas Edinburgh dan Dewan Riset Nasional Spanyol IBBTEC-CSIC di Santander, Spanyol, ingin mengetahui apakah mereka dapat melatih model pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi kandidat obat senolitik baru.
"Untuk melakukan ini, kami memberi makan model AI dengan contoh senolitik dan non-senolitik yang diketahui. Model belajar membedakan keduanya, dan dapat digunakan untuk memprediksi apakah molekul yang belum pernah mereka lihat sebelumnya juga bisa menjadi senolitik," jelas dia.
Dengan adanya AI, maka mereka pun bisa memecahkan masalah dengan pembelajaran mesin, menguji data pada berbagai model terlebih dahulu karena beberapa di antaranya cenderung berperforma lebih baik daripada yang lain.
"Untuk menentukan model dengan performa terbaik, di awal proses kami memisahkan sebagian kecil data pelatihan yang tersedia dan menyembunyikannya dari model hingga setelah proses pelatihan selesai," tuturnya.
Data pengujian ini kemudian dikumpulkan dan dihitung berapa banyak kesalahan yang dibuat model. Bahkan, menurut dia untuk menentukan model terbaik dan mengaturnya untuk membuat prediksi hanya diperlukan waktu hitungan menit. "Kami memberinya 4.340 molekul dan lima menit kemudian ia memberikan daftar hasil," jelasnya.
Model AI mengidentifikasi 21 molekul dengan skor tertinggi yang dianggap memiliki kemungkinan tinggi sebagai senolitik. Padahal, jika para ilmuwan menguji 4.340 molekul asli di laboratorium, itu akan membutuhkan setidaknya beberapa minggu kerja intensif dan paling tidak anggaran 50.000 poundsterling hanya untuk membeli senyawa, belum termasuk biaya mesin dan pengaturan eksperimental.