Oleh karena itulah para ilmuwan mencari cara lain. Mereka membius semut secara sementara dengan karbon dioksida dan kemudian " memeras" mulut semut dengan lembut sampai mereka menyemprotkan ludah.
Para ilmuwan kemudian membandingkan cairan itu dengan sedikit air liur yang telah dikumpulkan dengan metode pemberian gula dan kandungan usus semut serta peredaran darah untuk memastikan bahwa apa yang mereka kumpulkan adalah cairan mulut yang sama, yang ditukarkan selama proses trophallaxis.
Ternyata, para ilmuwan menemukan kandungan yang jauh lebih banyak daripada makanan. Dalam ludah semut terdapat puluhan protein, 64 microRNAs (segmen kecil dari molekul yang membantu menerjemahkan instruksi genetik menjadi protein dan blok bangunan lain dari tubuh semut).
Selain itu, adapula rantai panjang hidrokarbon yang dapat membantu memasang aroma khusus dari koloni pada individu semut, sinyal penting untuk identifikasi dan interaksi sosial. Namun penelitian ini belum bisa membuktikan bahwa trophallaxis langsung memengaruhi aroma atau imunologi semut.
(Martin Bagya Kertiyasa)