Twitter mencatat, bahwa kemungkinan salah memberi label tweet sebagai salah satu aturan yang melanggar, sehingga penulis tweet semacam itu, bisa secara efektif mengajukan banding atas keputusan tersebut dengan memberikan feedback.
Tapi, pihak Twitter mengatakan, kemungkinkan mereka tidak mengakui feedback atau memulihkan jangkauan bila tweet yang diluncurkan jelas-jelas melanggar aturan.
Meski begitu, Twitter akan mengambil pendekatan moderasi yang lebih longgar di bawah kepemilikan Elon Musk, karena telah mengadopsi filosofi 'Kebebasan berbicara, bukan kebebasan menjangkau'. Contohnya, tentang pembaruan kebijakan perilaku kebencian, seperti mencabut larangan misgendering dan deadnaming transgender.
(Martin Bagya Kertiyasa)