Dilansir dari Science Alert, studi ini merupakan yang pertama kali menunjukkan bahwa ada perubahan paparan polusi udara harian secara global selama beberapa dekade. Data tersebut diambil dari 5.446 stasiun pemantauan yang ada di 65 negara dan diproses menggunakan pembelajaran mesin dan simulasi.
Asia Timur memiliki polusi udara yang paling buruk dalam dua dekade terakhir. Paparan PM 2,5 tahunan rata-ratanya bisa mencapai 50 μg/m3. Kemudian diikuti oleh kawasan Asia Selatan 37,2 μg/m3 dan Afrika Utara 30 μg/m3.
Udara dengan polusi udara terendah dalam dua dekade terakhir adalah Australia dan Selandia Baru dengan angka 8,5 μg/m3. Sementara di wilayah lain di Oseania (12,6 μg/m3), dan Amerika bagian selatan berada di angka 15,6 μg/m3.
Dari data tersebut bisa disimpulkan adanya penurunan polusi udara di kawasan Amerika Utara dan Eropa. Kebalikannya, dalam dua dekade terakhir justru wilayah Asia Selatan, Selandia Baru, Amerika Selatan hingga Karibia mengalami peningkatan partikel polusi udara.
Para peneliti mengatakan naiknya angka polusi udara di wilayah China timur laut dan India bagian utara biasanya terjadi pada musim dingin, saat bahan bakar fosil digunakan untuk memanaskan rumah.