5. Essential Phone
Dikembangkan oleh salah satu pendiri Android Andy Rubin, Essential Phone berjanji untuk menjadi berbeda dari para pesaingnya, dengan layar yang hampir tanpa bingkai, modularitas built-in, dan bloatware minimal untuk pengalaman pengguna yang lebih cepat.
Saat peluncurannya pada 2017 lalu, Essential Phone terjual sebanyak 90.000 unit. Sayangnya, seiring berjalannya waktu ponsel mulai tergerus dan pabrikan tidak memiliki modal untuk memproduksinya kembali. Essential Phone pun gulung tikar.
6. Samsung Galaxy Fold
Samsung Galaxy Fold generasi pertama dirilis pada 2019 lalu. Walaupun banyak yang menyambut baik ponsel layar lipat ini, tidak sedikit juga yang mengaku mengalami masalah pada layar seperti layar tidak berfungsi atau layar mati.
Akibatnya, Samsung terpaksa mengambil kembali perangkat untuk pengujian lebih lanjut. CEO Samsung bahkan menyebut peluncuran yang gagal itu "memalukan," tetapi berjanji bahwa masalah tersebut akan diselidiki dan diperbaiki sepenuhnya.
7. Vertu
Ponsel mewah Vertu sebenarnya banyak diminati kaum borjuis dunia. Ini karena ponsel memiliki beragam perhiasan di sejumlah bagiannya, seperti emas, kristal, berlian, atau bahan kulit premium. Tetapi, mengingat tidak semua orang punya uang banyak, maka Vertu tidak begitu laris di pasaran.
Meskipun harganya sangat tinggi, Vertu tetap tidak bisa bersaing dengan ponsel murah lainnya yang memiliki pangsa pasar lebih luas. Pabrikan pun mulai jarang meluncurkan ponsel terbaru mereka.
8. BackBerry Storm
BlackBerry pernah menjadi pembuat ponsel terlaris di AS yang menguasai 43% pasar. Ponsel perusahaan menjadi tolok ukur untuk dikalahkan oleh orang lain, namun BlackBerry sendiri bukanlah produsen yang paling inovatif.
Blackberry kemudian kalah dari Apple yang berhasil meluncurkan iPhone terbaru mereka yang menampilkan keyboard QWERTY touchscreen. Tidak mau kalah, Blackberry pun mencoba menghadirkan Storm dengan konsep serupa namun gagal.
Banyak ponsel Blackberry Storm yang rusak sebelum usia mereka genap satu tahun. BlackBerry tidak pernah pulih dari kegagalan Storm, dengan perusahaan hanya bertahan kurang dari 1% dari pangsa pasar AS pada tahun 2012.