Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Teknologi AI Bisa Deteksi Awal Kanker Payudara

Pernita Hestin Untari , Jurnalis-Sabtu, 11 Mei 2019 |12:00 WIB
Teknologi AI Bisa Deteksi Awal Kanker Payudara
Ilustrasi Robot Artificial Intelligence (Foto: Toward Data Science)
A
A
A

JAKARTA- Sekira 3,1 juta wanita di Amerika Serikat memiliki riwayat kanker payudara pada Januari 2019. Jumlanya meningkat sebanyak 268.600 kasus baru kanker payudara invasif dan 62.930 kasus baru kanker payudara noninvasif diperkirakan akan didiagnosis pada 2019.

Sayangnya, para ilmuwan masih tetap skeptis tentang metode deteksi dini bahkan lebih dari 41.760 kematian wanita akibat kanker payudara diantisipasi pada tahun 2019.

Dilansir dari laman Medical Daily, Sabtu (11/5/2019) penelitian mengungkapkan jika, skrining payudara secara teratur dilakukan dengan tes mamografi belum terbukti bermanfaat untuk menghentikan kanker pada tahap awal.

Meskipun beberapa uji klinis acak telah menunjukkan tes mamografi mampu mengurangi tingkat kematian, data masih belum cukup untuk menyimpulkan manfaat dari tes mamografi rutin dan memeriksa kepadatan jaringan payudara dalam mencegah kanker meningkat.

Modul diagnosis saat ini bergantung pada beberapa indikator seperti riwayat keluarga, kanker ovarium, masalah hormon dan reproduksi, dan yang paling penting, kepadatan payudara.

Karena korelasi antara kondisi ini tidak terlalu kuat, ada kurangnya akurasi dalam mendiagnosis kanker payudara pada tahap awal. Tes positif palsu dan negatif palsu dengan demikian diberikan kepada wanita yang mudah disesatkan.

 Artificial Inteligence

Baca Juga: Miliarder Ini Akan Jadi Penumpang SpaceX Pertama ke Bulan?

Para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Ilmu Komputer dan Artificial Intelligence Laboratory (CSAIL) dan Rumah Sakit Umum Massachusetts (MGH) telah mengembangkan terobosan baru dengan penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi risiko kanker payudara di masa depan.

Mereka menciptakan pola untuk mengidentifikasi perubahan halus pada jaringan payudara yang menunjukkan risiko kanker tinggi dan yang tidak dapat diidentifikasi dalam modul diagnosis saat ini yang digunakan oleh dokter di AS, terutama karena identifikasi manual rentan terhadap kesalahan manusia.

Para ilmuwan membuktikan bahwa memiliki jaringan payudara yang padat bukan merupakan faktor yang terlibat dalam mendiagnosis risiko kanker payudara yang tinggi dan kriteria ini yang digunakan secara populer untuk mengurangi risiko kanker payudara yang tinggi tidak berlaku lagi.

“Ketika model DL hybrid kami dibandingkan dengan kepadatan payudara, kami menemukan bahwa pasien dengan payudara nondense dan model-dinilai berisiko tinggi memiliki 3,9 kali kejadian kanker pasien dengan payudara padat dan model-dinilai risiko rendah,” kata para peneliti dalam studi mereka  yang diterbitkan dalam jurnal medis Radiology .

Baca Juga: Robot AI di China Bisa Uji Rasa Makanan

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement