"Kita harus ingat bahwa, dalam penelitian kami, jarak telepon sekira 30 cm (11,8 inci) dari perangkat pengukur," kata Fernandes Veludo.
"Pengguna telepon seluler akan memegang telepon lebih dekat ke tubuh dan dengan demikian paparan RF-EMF bisa mencapai 10 kali lebih tinggi," katanya.
Tim Project GOLIAT melacak keluaran RF-EMF dari stasiun pangkalan menara telepon seluler dan perangkat telepon seluler di dua kota, Zurich dan Basel, terhadap tiga kota pedesaan, Hergiswil, Willisau, dan Dagmersellen. Di kelima area tersebut, mereka melakukan eksperimen perbandingan di 'lingkungan mikro' tempat berbagai faktor dan perilaku manusia berperan, termasuk: lingkungan perumahan, area industri, sekolah, taman umum, atau saat menaiki angkutan umum.
Namun, para peneliti juga menjalankan semua eksperimen yang sama ini saat perangkat berinteraksi dengan menara 5G lokal dalam dua skenario umum lainnya.
Pada skenario pertama, para peneliti yang membawa ransel mengumpulkan data saat ponsel dalam 'mode terbang' atau 'mode pesawat' — yang berarti bahwa sensor mereka sebagian besar hanya terpapar sinyal sekitar yang berasal dari menara seluler 5G.
Dalam skenario lain, "pengunduhan data maksimum dipicu," bukan pengunggahan maksimum, dengan menyetel ponsel untuk mengunduh file besar dari web.
Hasil dari kedua pengujian ini, sebagaimana dipublikasikan secara daring di jurnal Environmental Research pada Desember, cukup mengejutkan karena area perkotaan menunjukkan paparan radiasi RF-EMF yang lebih tinggi.
Rata-rata untuk desa uji pedesaan mereka mencapai 0,17 mW/m2, sedangkan rata-rata untuk Basel adalah 0,33 mW/m2 dan untuk Zurich 0,48 mW/m2.
"Tingkat tertinggi ditemukan di area bisnis perkotaan dan transportasi umum," menurut rekan penulis Dr Martin Röösli, seorang profesor epidemiologi lingkungan di Swiss TPH yang mengkhususkan diri dalam fisika atmosfer.