Untuk Bennett yang menangani pasien ALS, menjalani sekitar 100 jam pelatihan yang juga didasarkan pada unit bunyi dasar yang membentuk kata, mengulangi kalimat yang dipilih secara acak dari kumpulan data yang besar.
Tingkat kesalahan sistem setelah pelatihan ini, pada kosakata 50 kata, hanya 9,1 persen, dan ucapan Bennett diterjemahkan dengan kecepatan sekitar 62 kata per menit.
Kemudian untuk kesalahan kosakata sebanyak 125.000 kata adalah 23,8 persen, namun para peneliti mencatat bahwa ini adalah pertama kalinya kosakata dalam jumlah besar diuji dengan teknologi semacam ini Semua orang sepakat bahwa hasilnya sangat menjanjikan.
“Hasil awal ini telah membuktikan konsep tersebut, dan pada akhirnya teknologi akan mengejar ketinggalan sehingga mudah diakses oleh orang-orang yang tidak dapat berbicara,” kata Bennett.
"Bagi mereka yang tidak bisa berbicara secara nonverbal, ini berarti mereka bisa tetap terhubung dengan dunia yang lebih besar, mungkin terus bekerja, menjaga hubungan teman dan keluarga," ungkapnya.
Kabar baik bagi orang yang kehilangan kemampuan berbicara. Pasalnya saat ini para ilmuwan sudah bisa mengembalikan kemampuan komunikasi verbal tuna wicara dengan menggunakan pembelajaran mesin.
Dalam dua kasus terpisah, para ilmuwan telah berhasil menggunakan implan otak dan pembelajaran mesin untuk mengembalikan suara pasien setelah suaranya diambil, satu karena stroke, yang lainnya akibat amyotrophic lateral sclerosis (ALS).
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini mewakili harapan akan adanya cara baru bagi para penderita kelumpuhan untuk berkomunikasi dengan dunia di sekitar mereka.
Sebagaimana dilansir dari Live Science pada Senin (28/8/2023), untuk melakukannya, elektroda digunakan untuk merekam aktivitas saraf seseorang saat mereka berpikir untuk melakukan tugas atau tindakan tertentu.
Rekaman ini kemudian digunakan untuk melatih perangkat keras atau perangkat lunak untuk melakukan tugas tersebut, misalnya, lengan palsu akan menekuk sebagai respons terhadap seseorang yang berpikir untuk menekuk lengannya.
Ahli bedah saraf Edward Chang dari Universitas California San Francisco dan ahli saraf Frank Willett dari Universitas Stanford telah sukses memulihkan kemampuan bicara pasien yang kehilangan kemampuan berbicara karena stroke dan ALS.
Kedua tim menggunakan metodologi serupa, yakni rangkaian elektroda ditanamkan ke otak masing-masing pasien, 128 elektroda oleh Edward dan 253 oleh Willet.