 
                
JAKARTA - Para ilmuwan menggunakan perangkat digital interaktif untuk mengubah cara komunikasi hewan, dalam upaya mewujudkan sebuah "internet hewan" dengan panggilan video untuk burung beo dan anjing.
Ilyena Hirskyj-Douglas, dosen dan peneliti di Universitas Glasgow, memimpin kelompok Interaksi Hewan-Komputer (ACI) dan telah mengembangkan antarmuka yang memungkinkan panggilan jarak jauh untuk hewan peliharaan, serta sistem pengayaan interaktif untuk hewan kebun binatang seperti monyet dan jerapah.
“Banyak hewan yang kita pelihara sering kali merupakan makhluk yang sangat sosial secara alami, namun mereka tidak dipelihara dalam kelompok-kelompok di penangkaran seperti yang secara alami mereka bentuk di alam liar, atau tidak memiliki tingkat interaksi sosial yang sama,” ujar ilmuwan tersebut.
Hirskyj-Douglas memulai penelitiannya dengan membuat telepon untuk anjingnya, Zach, agar dapat berkomunikasi dengannya saat ia pergi. Telepon ini memungkinkan anjing tersebut menggoyangkan bola dengan akselerometer, memberi sinyal kepada sistem untuk melakukan panggilan video di layar terdekat. Baik sang ilmuwan maupun si anjing dapat saling menelepon dan menjawab atau mengabaikan panggilan tersebut.
Zach sering menghubunginya, dan panggilan video itu segera menjadi rutinitas, ujarnya.
Sejak itu, Hirskyj-Douglas dan timnya mengembangkan panggilan video bagi burung beo untuk bersosialisasi. Burung-burung tersebut dilatih menggunakan lidah mereka di layar sentuh tablet, yang memungkinkan mereka terhubung dengan burung beo lain dalam semacam sistem bermain sekaligus berkencan.
“Kami berencana melampaui panggilan video sederhana dan benar-benar memungkinkan hewan melakukan berbagai hal secara interaktif,” ujarnya di Festival Sains Inggris di Liverpool pekan lalu, seperti dikutip oleh FT.
“Untuk membangun ‘internet hewan’ yang efektif, kita harus mengembangkan teknologi khusus spesies untuk memenuhi kebutuhan mereka, memberi mereka alat yang sesuai dengan kemampuan mereka,” ujar Hirskyj-Douglas dalam sebuah komentar yang diterbitkan oleh Universitas Glasgow awal bulan ini.
Pada Mei lalu, operator mesin pencari terkemuka China, Baidu, mengajukan paten untuk teknologi AI yang mampu menerjemahkan suara hewan ke dalam bahasa manusia. Dalam dokumen patennya, Baidu menyebut sistem ini dapat memungkinkan “komunikasi dan pemahaman emosional yang lebih mendalam antara hewan dan manusia.”
 
(Rahman Asmardika)