JAKARTA - Pasar mobil listrik (EV) global terus menunjukkan pertumbuhan yang solid, dengan total 1,7 juta unit terjual sepanjang Agustus 2025. Menurut data dari perusahaan riset Rho Motion, angka ini mendorong total penjualan selama delapan bulan pertama tahun 2025 mencapai 12,5 juta unit, menandakan minat konsumen yang tidak surut terhadap kendaraan ramah lingkungan.
Menurut laporan yang dilansir Arena EV, penjualan pada bulan Agustus terbagi menjadi 1,16 juta kendaraan listrik murni berbasis baterai (BEV) dan 570.000 unit kendaraan hibrida plug-in (PHEV).
Data penjualan di Amerika Serikat (AS) pada Agustus menggambarkan pasar yang mencapai rekor tertinggi. Namun, lonjakan ini berkaitan langsung dengan tenggat waktu dan diprediksi tidak akan bertahan lama. Konsumen di Amerika berbondong-bondong ke dealer untuk memanfaatkan kredit pajak federal yang akan segera berakhir. Aksi belanja mendadak ini memang mendongkrak angka penjualan jangka pendek, tetapi para analis memperkirakan akan terjadi penurunan tajam selama tiga bulan terakhir tahun ini.
Beberapa produsen mobil sudah berencana mengurangi produksi untuk mengantisipasi penurunan ini. Volkswagen dilaporkan menghentikan produksi SUV listrik ID.4 pada bulan Oktober, dan General Motors juga dikabarkan berencana memangkas produksi kendaraan listrik setelah kredit pajak berakhir.
Situasi di Kanada menunjukkan kisah yang berbeda, di mana penjualan kendaraan listrik memperlihatkan penurunan hingga sepertiga sepanjang tahun ini. Penurunan ini terlihat setelah program rabat iZEV nasional dihentikan sementara. Kondisi ekonomi yang lebih sulit membuat kemungkinan produsen mobil untuk memenuhi Mandat Penjualan Kendaraan Listrik negara tersebut pada tahun 2026 semakin kecil.
Akibatnya, ada ekspektasi yang semakin besar bahwa pemerintah akan menghentikan mandat tahun 2026 untuk ditinjau ulang, yang menyoroti betapa bergantungnya transisi ke mobil listrik pada dukungan kebijakan yang konsisten. Secara keseluruhan, pasar Amerika Utara hanya naik tipis sebesar 6% secara year-to-date, terutama berkat lonjakan penjualan sementara di AS.
Sementara itu, pasar kendaraan listrik Eropa tumbuh lebih konsisten, didorong oleh undang-undang emisi yang ketat, alih-alih kredit konsumen jangka pendek. Pasar ini telah tumbuh sebesar 31% sepanjang tahun ini, dengan tingkat pertumbuhan yang hampir sama antara BEV dan PHEV.
Penjualan di Jerman naik 45% dan di Inggris naik 31%. Negara-negara lain menunjukkan pertumbuhan yang lebih dramatis; penjualan di Spanyol meningkat dua kali lipat, dan Italia mengalami peningkatan sebesar 41%. Satu-satunya pasar utama yang melawan tren ini adalah Prancis, yang penjualannya turun 9% tahun ini.
Pasar Eropa juga menjadi medan pertempuran utama bagi merek-merek internasional. Produsen mobil asal China, BYD, meraih kesuksesan dengan Seal U, yang telah menjadi salah satu mobil hibrida plug-in terlaris di Benua Biru. Perusahaan ini terus berekspansi di Eropa dengan merilis model lain, Seal 6 PHEV, pada September.
Di China, pasar mobil listrik terbesar di dunia, angka penjualan perlu dilihat dalam konteks yang lebih luas. Meskipun pasar tumbuh pesat sebesar 25% secara year-to-date, pertumbuhan year-on-year untuk Juli dan Agustus relatif lambat. Ini bukan pertanda melemahnya pasar, melainkan cerminan dari periode penjualan yang luar biasa kuat pada tahun 2024, yang didorong oleh program subsidi tukar tambah dari pemerintah.
Di kawasan ini, pemimpin industri BYD dilaporkan telah memangkas target penjualan ambisiusnya pada tahun 2025, dari 5,5 juta menjadi 4,6 juta kendaraan, meskipun mereka masih berharap dapat menjual hampir satu juta unit di luar China.
(Rahman Asmardika)