Di sisi militer, mikro-drone yang sedikit lebih besar seperti Black Hornet—yang awalnya dikembangkan di Norwegia dan diproduksi oleh Teledyne FLIR Defense—telah meningkatkan kewaspadaan situasi di antara angkatan bersenjata negara-negara dunia. Black Hornet 4 terbaru dapat mengirimkan gambar termal, menempuh jarak hingga 2 mil, dan tetap mengudara selama lebih dari 30 menit, menurut perusahaan tersebut.
Meskipun menjanjikan, analis mengatakan drone ultra-kecil seperti "mosquito" terbatas potensinya di medan perang.
Kemajuan teknologi telah memungkinkan sensor, baterai, dan komponen lainnya dikemas dalam rangka yang semakin kecil, sehingga memungkinkan pengembangan pesawat nirawak yang lebih kecil, lebih ringan, dan semakin canggih.
Miniaturisasi membuka banyak kemungkinan, mulai dari alternatif rudal berbiaya rendah hingga operasi pencarian dan penyelamatan. Pada saat yang sama, hal itu juga menimbulkan kekhawatiran atas privasi pribadi dan eksploitasi kriminal.
(Rahman Asmardika)