Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Laporan Palo Alto Networks: Indonesia Catat Skor Indeks Keamanan Siber Tertinggi di Asia Tenggara

Rahman Asmardika , Jurnalis-Kamis, 12 Juni 2025 |21:06 WIB
Laporan Palo Alto Networks: Indonesia Catat Skor Indeks Keamanan Siber Tertinggi di Asia Tenggara
ilustrasi. (Foto: Unsplash)
A
A
A

JAKARTA – Indonesia mencatat skor keamanan siber tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara, menurut laporan perusahaan keamanan siber AI Palo Alto Networks. Di sisi lain, laporan itu menyebutkan bahwa masih terdapat kesenjangan dalam adopsi ketahanan, dan framework AI oleh perusahaan di Indonesia.

Laporan 2025 Cybersecurity Resilience in Mid-Market Organisations yang dirilis Palo Alto Networks merupakan studi tolok ukur yang memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan-perusahaan menengah di seluruh Asia Pasifik dan Jepang mengembangkan kapabilitas keamanan siber mereka. Laporan ini juga mengungkapkan bagaimana organisasi tersebut meningkatkan investasi keamanan siber dalam menghadapi ancaman yang terus meningkat dan percepatan transformasi digital.

Skor Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara

Menurut laporan tersebut, Indonesia mencatat rata-rata skor indeks 20,65 dari 25, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan skor indeks tertinggi di Asia Tenggara. Studi ini mengungkap bahwa rata-rata perusahaan menengah di Indonesia menggunakan 14,4 persen dari pendapatannya untuk anggaran siber.

Di sisi lain, studi ini mencatat bahwa meski perusahaan-perusahaan menengah di Asia-Pasifik dan Jepang membuat kemajuan nyata dalam memperkuat postur keamanan siber, banyak organisasi masih berada dalam tahap awal mengoperasionalkan kecerdasan buatan (AI) dalam alur kerja sistem keamanan mereka.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang lebih terpadu berbasis platform, dengan integrasi kapabilitas AI guna meningkatkan kinerja, menyederhanakan operasi, dan memperkuat perlindungan secara menyeluruh.

"Keamanan siber bukan lagi sekadar ranah IT, melainkan prioritas bisnis. Seiring dengan semakin canggihnya ancaman dan AI yang mengubah lanskap ancaman, studi benchmark kami mengungkap bahwa banyak perusahaan-perusahaan menengah masih mengejar ketertinggalan mereka," ujar Michelle Saw, Wakil Presiden, Ekosistem, Asia Pasifik dan Jepang di Palo Alto Networks.

"Studi ini membantu perusahaan-perusahaan menengah memahami posisi mereka dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai hasil keamanan yang lebih kuat. Selain itu, laporan ini juga menyoroti pentingnya para mitra, yang kini harus mengembangkan penawaran mereka dengan fokus lebih dalam pada edukasi, integrasi, adopsi AI, dan keahlian teknis tingkat lanjut guna mendukung kebutuhan pelanggan dengan lebih baik."

 

Laporan Palo Alto Networks menemukan bahwa skor indeks yang diperoleh Indonesia ini mencerminkan kepercayaan diri yang kuat di antara perusahaan-perusahaan menengah dalam hal kemampuan keamanan siber.

Palo Alto Networks menyebutkan bahwa tiga pendorong utama bisnis siber untuk perusahaan-perusahaan menengah di Indonesia adalah mendukung aktivitas transformasi digital, melindungi pelanggan, dan aktivitas terkait tata kelola, risiko, dan kepatuhan.

Solusi siber yang paling banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan menengah di Indonesia adalah aplikasi dan keamanan data, pemantauan dan operasi keamanan (SOC), serta cloud dan teknologi baru.

Adopsi AI Masih Tertinggal

Laporan itu menyebutkan bahwa di tengah pesatnya pertumbuhan adopsi AI di bisnis lokal, perusahaan-perusahaan menengah Indonesia secara aktif memprioritaskan investasi untuk memperkuat ketahanan siber, meningkatkan keterampilan tim TI dan keamanan internal, dan mengoptimalkan ekosistem keamanan mereka.

Meskipun adopsi AI tidak termasuk dalam tiga investasi teratas selama 24 bulan ke depan, fokus ini mencerminkan pergeseran strategis untuk memperkuat kemampuan keamanan bersamaan dengan merangkul kemajuan teknologi. Komitmen ini menyoroti pendekatan proaktif mereka dalam melindungi aset sambil membangun keahlian dalam tim mereka untuk perlindungan yang berkelanjutan.

Benchmark Keamanan Siber untuk Asia-Pasifik dan Jepang, yang dikembangkan bekerja sama dengan Tech Research Asia (TRA), mensurvei lebih dari 2.800 perusahaan-perusahaan skala menengah di 12 negara dan berbagai industri.

Terdapat lima bidang utama yang dievaluasi dalam benchmark ini, yaitu eksekusi strategi, integrasi bisnis, kapabilitas operasional, kematangan solusi, dan adopsi kerangka kerja NIST 2.0, dengan skor rata-rata adalah 19,01 dari 25. Meskipun skor ini menunjukkan tingkat kematangan yang moderat, temuan ini mengungkapkan peluang yang jelas untuk memperkuat kesiapan AI, meningkatkan ketahanan ransomware, dan memajukan implementasi kerangka kerja.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement