“Ini adalah tentang bagaimana kita menggunakan inovasi teknologi, dalam hal ini platform Google Arts & Culture, untuk menghidupkan kembali narasi-narasi kuno, serta membuatnya relevan dan menarik bagi generasi masa kini dan mendatang,” ujar Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, Senin (1/6/2025).
Tri menuturkan, gambar cadas tersebut rentan terhadap berbagai faktor, baik alam maupun aktivitas manusia. Upaya konservasi fisik tentu menjadi prioritas. Namun, dokumentasi digital beresolusi tinggi dan pembuatan tur virtual seperti yang dilakukan dalam proyek ini adalah bentuk preservasi komplementer yang sangat penting.
“Di dalam platform ini diabadikan kondisi situs pada suatu waktu, menyediakan data berharga untuk penelitian lebih lanjut, dan memungkinkan pengalaman virtual yang mengurangi tekanan kunjungan fisik ke situs-situs yang rapuh,” kata dia.
Handoko menambahkan, hasil dari kolaborasi tersebut menyoroti penemuan-penemuan yang luar biasa, termasuk seni gua naratif tertua di dunia, tempat perburuan paling awal yang diketahui, dan bukti tertua dari praktik pembedahan. Pengungkapan yang luar biasa ini menantang dan memperkaya pemahaman tentang sejarah manusia, menempatkan Indonesia sebagai tempat lahirnya peradaban yang penting.
Dengan memamerkan situs-situs luar biasa ini dan seni yang ada di dalamnya, platform ini tidak hanya mengangkat status Indonesia dalam narasi arkeologi global, tetapi juga meningkatkan pemahaman kita tentang pola migrasi manusia dan perkembangan masyarakat awal. Wawasan yang diperoleh dari penelitian ini berpotensi untuk membentuk kembali perspektif tentang sejarah bersama dan asal-usul kreativitas serta inovasi manusia.
(Zen Teguh)