Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

SPECIAL REPORT : Produsen Otomotif Eropa Bersatu Lawan China

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Minggu, 22 September 2024 |09:51 WIB
SPECIAL REPORT : Produsen Otomotif Eropa Bersatu Lawan China
Otomotif Eropa bersatu melawan China.
A
A
A

Tak hanya itu, Volkswagen dilaporkan bakal melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap hingga 30 ribu karyawannya di Eropa.

Melansir Carscoops, Jumat (20/9/2024), Volkswagen membantah laporan angka 30 ribu karyawan di Eropa bakal di-PHK. Namun, seorang juru bicara menyebut, Volkswagen harus mengurangi beban biaya. 

"Satu hal yang jelas: Volkswagen harus mengurangi biaya di lokasinya di Jerman," katanya kepada DPA. 

Volkswagen ingin mengurangi investasi sebesar 10 miliar euro atau 11,1 dolar AS selama lima tahun ke depan. Grup otomotif multinasional yang berkantor di Belanda, Stellantis, tengah berusaha untuk menghindari risiko penutupan pabrik, seperti yang dihadapi Volkswagen. 

"Kami telah melakukan banyak hal yang tidak populer selama beberapa tahun terakhir untuk menghindari sebisa mungkin situasi yang mirip dengan Volkswagen," kata Tavares, melansir Reuters.

Bersatu untuk Bersaing

Ahli Bisnis dan Keberlanjutan, Peter Wells, menilai para produsen Eropa dinilai harus bersatu untuk bisa bersaing dengan produsen China. Jika tidak, pada 2030 bisa menjadi momen kritis untuk industri otomotif. 

Dia menyebut, produsen Prancis, Renault pernah mengusulkan skema Airbus. Skema Airbus yang dimaksud adalah unit produksi tercerai-berai di bebrapa negara, tapi semua lokasi bekrja sama dengan erat. Dengan begitu, Airbus mampu bersaing dengan produsen dari luar Eropa. 

"Masalahnya perlu investasi sangat besar dan juga perlu penanaman modal pada produksi baterai dan teknologi terkait. Saat ini semua tersebar di Eropa dan terbagi-bagi di sejumlah pabrik," kata Wells, diliat dari tayangan Youtube DW. 

Diketahui, saat ini di Eropa ada 120 pabrik mobil yang memproduksi untuk beberapa produsen dan merek. Dia menjelaskan, semua produsen harus saling berbagi pengetahuan, tapi untuk seluruh industri. Wells menyebut, kesepakatan seperti itu memang sangt sulit. 

"Harus ada pihak yang bersedia mengalah menerima kerugian dalam produksi atau lokasi pabriknya harus diputuskan di negara mana produknya akan dibuat. Tapi fragmentasi indutri tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi," tuturnya. 

Produksi "Airbus autos" yang diusulkan oleh Renault menyoroti pentingnya berbagi biaya besar untuk mengembangkan kendaraan listrik yang lebih terjangkau. Hal ini menekankan perlunya produsen untuk menjaga ketangkasan dan fleksibilitas dalam menghadapi era transisi ke kendaraan listrik.

Sementara itu, Direktur Pusat Penelitian Otomotif CAR di Duisburg, Helena Wisbert mengatakan, dalam  beberapa tahun terakhir setiap produsen mobil berusaha mengembangkan solusinya sendiri. 

"Tapi ada banyak aspek yang harus dipikirkan. Misalnya konektivitas, digitalisasi juga pada mobil listrik. Kalau harus diselesaikan sendiri itu pekerjaan teralu besar juga untuk perusahaan yang selama ini sangat sukses. Lebih baik kalau diselesaikan dalam proyek bersama," tuturnya.

(Maruf El Rumi)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement