BEIJING - Sebuah perusahaan milik negara China pada Senin, (5/8/2024) meluncurkan gelombang pertama satelit untuk megakonstelasi yang dirancang untuk menyaingi jaringan internet global Starlink milik perusahaan Amerika Serikat (AS) Space X, demikian dilaporkan surat kabar yang didukung negara. Peluncuran tersebut menandai langkah penting dalam tujuan strategis Beijing untuk menciptakan Starlink versinya sendiri, konstelasi pita lebar komersial yang sedang berkembang yang memiliki sekira 5.500 satelit di luar angkasa dan digunakan oleh konsumen, perusahaan, dan lembaga pemerintah.
Persaingan untuk menduduki orbit Bumi yang lebih rendah juga memiliki implikasi militer, dengan potensi untuk memengaruhi keseimbangan kekuatan antara negara-negara yang bertikai.
Peluncuran yang dipimpin oleh Shanghai Spacecom Satellite Technology (SSST) tersebut berlangsung di Pusat Peluncuran Satelit Taiyuan, salah satu pusat peluncuran satelit dan rudal utama China, yang terletak di provinsi utara Shanxi, demikian dilaporkan China Securities Journal.
Peluncuran ini merupakan bagian dari rencana "Thousand Sails Constellation" SSST, yang juga dikenal sebagai "G60 Starlink Plan", yang dimulai tahun lalu dan bertujuan untuk menyebarkan lebih dari 15.000 satelit orbit Bumi rendah (LEO), demikian dilansir Reuters.
Satelit LEO biasanya beroperasi pada ketinggian 300 km hingga 2.000 km dari permukaan Bumi dan memiliki keunggulan karena lebih murah dan menyediakan transmisi yang lebih efisien daripada satelit di orbit yang lebih tinggi.
Starlink, yang dioperasikan oleh miliarder Elon Musk, sejauh ini memiliki puluhan ribu pengguna di Amerika Serikat dan berencana untuk menambah puluhan ribu satelit lagi ke sistemnya, yang merupakan yang terbesar dari jenisnya.