Setelah semua komponen disusun, para siswa mulai merakit robotnya. Dimulai dengan kaki, mereka menggunakan delapan servo untuk kaki, lutut, dan pinggul, dan dapat memverifikasi bahwa robot tersebut mampu melakukan gerakan bipedal.
Setelah merakit lengan, menggunakan servo untuk memungkinkan gerakan bahu dan siku, tim mulai menguji penempatan baterai dan papan kendali. Unit baterai awal yang mereka rencanakan untuk digunakan ternyata terlalu besar dan berat untuk ditampung oleh robot, sehingga mereka memilih baterai lithium-ion 7,4V yang lebih kecil.
Terakhir, papan kontrol dipasang ke bagian belakang robot, sehingga dapat dikontrol melalui tombol onboard. Robot juga dapat dikontrol melalui aplikasi seluler yang disertakan dengan papan kontrol servo, memungkinkan tindakan yang telah diprogram untuk dilakukan.
Selain memecahkan rekor dunia, para siswa mengembangkan robot ini sebagai alat kecil, berbiaya rendah, dapat diisi ulang, dan dapat diprogram untuk digunakan dalam lokakarya pendidikan STEAM (sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika) untuk etnis minoritas dan keluarga berpenghasilan rendah.
"Kami juga berencana untuk membuat desain dan kode pemrograman menjadi sumber terbuka untuk mencapai tujuan kami dalam mempromosikan pendidikan STEAM,” kata Isaac.
(Rahman Asmardika)