JAKARTA – Saturnus terlihat jelas di langit malam pada saat ini, dan titik tertingginya setelah matahari terbenam. Namun, dalam beberapa hari terakhir, banyak artikel yang beredar di media sosial yang mengklaim bahwa Saturnus akan menghilang dengan cepat, dan akan lenyap pada tahun 2025. Benarkah?
Apakah beberapa bulan ke depan, sebelum Saturnus menghilang dari pandangan di langit malam, akan menjadi kesempatan terakhir kalinya bagi kita untuk melihat cincin-cincinnya yang megah? Tapi, jawaban singkatnya adalah tidak.
Memang benar bahwa cincin Saturnus akan hampir tidak terlihat dari Bumi pada tahun 2025, tapi hal ini tidak mengejutkan dan tidak perlu membuat panik. Soalnya cincin-cincin itu akan "muncul kembali" setelahnya.
Dimulai dengan mempertimbangkan Bumi dalam perjalanannya yang konstan mengelilingi Matahari. Perjalanan itu membawa Bumi melewati musim-musim, dari musim dingin ke musim semi, musim panas, dan musim gugur, lalu kembali lagi.
Apa yang menyebabkan terjadinya musim? Sederhananya, Bumi miring ke satu sisi, seperti yang terlihat dari Matahari. Garis khatulistiwa Bumi miring sekitar 23,5 derajat dari bidang orbitnya.
Hasilnya, saat Bumi bergerak mengelilingi Matahari, secara bergantian satu belahan Bumi miring ke arah Matahari dan belahan Bumi lainnya miring ke arah bintang. Dikutip dari Science Alert, Selasa (14/11/2023), ketika belahan bumi tempat tinggal Anda lebih miring ke arah Matahari, Anda akan mengalami siang yang lebih panjang daripada malam dan mengalami musim semi dan musim panas.
Sama seperti Bumi, Saturnus juga mengalami musim, namun lebih dari 29 kali lebih panjang dari Bumi. Jika ekuator Bumi miring 23,5 derajat, ekuator Saturnus memiliki kemiringan 26,7 derajat. Alhasil, saat Saturnus bergerak mengelilingi bintangnya selama 29,4 tahun, Saturnus juga tampak bergerak naik-turun seperti yang terlihat dari Bumi dan Matahari.
Karena cincinnya begitu tipis, sehingga apabila dilihat dari kejauhan maka tampak seakan-akan hilang. Anda bisa memvisualisasikannya dengan mudah dengan mengambil selembar kertas, dan memutarnya sampai ujungnya terlihat, sehingga kertas tersebut nyaris lenyap dari pandangan.
Saat Saturnus bergerak mengelilingi Matahari, sudut pandang kita pun berubah. Selama separuh dari orbitnya, belahan utara Saturnus miring ke arah kita dan wajah utara cincin planet ini menghadap ke arah kita.
Ketika Saturnus berada di sisi lain Matahari, belahan selatannya mengarah ke arah Bumi. Untuk alasan yang sama, maka kita melihat bagian selatan cincin planet ini miring ke arah kita.
Cara terbaik untuk mengilustrasikan hal ini adalah dengan mengambil selembar kertas, dan peganglah kertas tersebut secara horizontal, sejajar dengan tanah, sejajar dengan mata. Kemudian, gerakkan kertas tersebut ke bawah ke arah tanah beberapa inci. Apa yang Anda lihat? Sisi atas kertas akan terlihat.
Gerakkan kertas kembali ke atas, melalui garis mata Anda, untuk menahannya di atas Anda dan Anda bisa melihat bagian bawah kertas. Tetapi, setelah melewati level mata, kertas akan menghilang.
Itulah yang terlihat pada cincin Saturnus. Seiring berjalannya musim di Saturnus, kita akan melihat sisi selatan cincin Saturnus yang miring dan melihat sisi utara. Kemudian, planet ini kembali miring, memperlihatkan sisi selatan sekali lagi.
Itulah alasan mengapa cincin Saturnus akan tampak "menghilang" adalah karena kita akan melihat cincin Saturnus dari sisi yang miring. Hal ini terjadi secara berkala. Terakhir kali terjadi pada tahun 2009 dan cincin-cincin tersebut secara bertahap akan terlihat lagi dalam waktu beberapa bulan.
Cincin-cincin tersebut akan terlihat sekali lagi pada bulan Maret 2025. Kemudian kembali terlihat secara bertahap seperti yang terlihat melalui teleskop-teleskop besar, sebelum akhirnya kembali hilang bulan November 2025. (Salsabila Nur Azizah)
(Saliki Dwi Saputra )