Meskipun demikian, hal ini dianggap normal, sebab roket memang akan menciptakan lubang di ionosfer ketika bahan bakar dari tahap kedua terbakar di bagian tengah ionosfer, antara 125 dan 185 mil (200 dan 300 km) di atas permukaan bumi.
Terlebih, lubang-lubang tersebut dikatakan juga tidak akan menimbulkan ancaman bagi manusia di permukaan bumi karena secara alami akan menutup dalam beberapa jam.
Diketahui, misi peluncuran roket yang membawa satelit Victus Nox milik Angkatan Luar Angkasa AS ini sudah dimulai sejak kontrak kerjasama dengan perusahaan Firefly Aerospace pada Oktober 2022 lalu.
Menurut perusahaan tersebut, mereka memang ditugaskan untuk meluncurkan roket yang membawa satelit pada titik yang tidak diketahui di masa depan dengan peringatan kurang dari 24 jam.
Hal tersebut sejalan dengan misi AS yang ingin menunjukkan kemampuan dalam menempatkan aset mereka di orbit kapanpun dan dimanapun, sebagaimana disampaikan oleh seorang perwira Angkatan Luar Angkasa AS, MacKenzie Birchenough.
“Tujuan misi ini untuk menunjukkan kemampuan Amerika Serikat yang dengan cepat menempatkan aset di orbit kapan dan dimanapun kita membutuhkannya, memastikan kita dapat meningkatkan kemampuan ruang angkasa kita dengan pemberitahuan yang sangat singkat,” ujar MacKenzie ketika misi tersebut pertama kali diumumkan. (Chasna Alifia Sya’bana)
(Saliki Dwi Saputra )