JAKARTA - Starlink, perusahaan milik Elon Musk bakal memperluas layanan internet satelit secara global, tak terkecuali di Indonesia.
Merespons hal itu, Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia-ITB, Ian Josef Matheus Edward, mengungkapkan layanan internet satelit milik Elon Musk itu bisa jadi alternatif untuk mengatasi daerah yang memerlukan internet berkualitas.
Ini bisa dilakukan melalui cara layanan Starlink menjadi backhaul yang akan mengisi kekosongan layanan di suatu daerah.
"Starlink ini sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi daerah yang memerlukan internet kualitas baik dan terjangkau. Sehingga Average Revenue per Unit (ARPU) internet operator seluler meningkat," kata Ian, kepada Okezone.com, Minggu (3/9/2023).
"Jadi starlink wajib bekerjasama dengan operator seluler eksisting. Apalagi saat ini operator seluler berkonsentrasi pada business to consumer (B2C) ke arah layanan internet untuk pelanggan," jelasnya lebih lanjut.
Selain itu, menurut Dosen ITB ini peran pemerintah juga tidak kalah penting, guna menjaga level playing field industri telekomunikasi saat Starlink ekspansi ke Tanah Air.

"Secara persaingan usaha yang sehat dan anti praktik monopoli, maka operator seluler yang saat ini sedang mewujudkan fixed mobile convergence (FMC) alias penggabungan layanan jaringan tetap dan seluler harus diutamakan. Maka dengan hal ini starlink memiliki kewajiban berkerjasama melalui skema business to business (B2B) untuk menjaga keberlangsungan bisnis perusahaan, dan akhirnya akan memberikan manfaat lebih ke pengguna," jelasnya.
Dan yang harus diwaspadai menurut Ian dari layanan ini, ialah tidak boleh dijual langsung ke pelanggan.
"Baik itu berbentuk modem satelit, itu tidak diperkenankan dimiliki pelanggan. Termasuk dalam bentuk telepon satelit dan layanan lainnya. Tidak boleh terjadi praktik monopoli, yang mengakibatkan persaingan usaha menjadi tidak sehat," tandasnya.