JAKARTA - Jaringan atau sinyal 5G dikhawatirkan berbahaya untuk pesawat, salah satu yang melontarkan pendapat itu adalah Administrasi Penerbangan Federal (FAA).
FAA berpendapat, frekuensi yang digunakan oleh spektrum C-band baru sangat dekat dengan frekuensi yang ditempati oleh instrumen pesawat penting, seperti altimeter radar.
Kekhawatiran ini, sempat membuat operator di Amerika Serikat menunda peluncuran 5G untuk memberi lebih banyak waktu mempelajari dampak potensial pada penerbangan pesawat.
Dan saat peluncuran, operator hanya mengantongi izin mengaktifkan jaringan C-band dengan ketentuan bahwa mereka akan membatasi tingkat daya 5G C-band dan menyetujui zona pengecualian di sekitar 50 bandara.
Namun, saat ini pihak Gedung Putih sendiri berdasarkan hasil penelitian lebih lanjut yang dilakukan, menetapkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.
Dikatakan bahwa satu-satunya gangguan yang bisa terjadi sebagian besar disebabkan oleh diri sendiri, sementara jaringan 5G tidak terbukti menimbulkan masalah keselamatan seperti yang ditakutkan pertama kali.
Hal ini karena para ahli yang mencakup Administrasi Telekomunikasi dan Informasi Nasional (NTIA), Departemen Pertahanan, operator seluler, dan industri penerbangan terus mempelajari dampak dari jaringan 5G dan mitigasi yang telah dilakukan tampaknya berhasil.
Dilansir dari Digital Trends, Senin (24/10/2022), operator Verizon dan AT&T bahkan telah sepakat untuk melanjutkan beberapa tingkat mitigasi hingga pertengahan 2023.
Adapun mitigasi yang dilakukan mencakup pengurangan daya 5G seperti yang dilakukan saat awal-awal diluncurkan, serta memberikan tambalan filter frekuensi radio yang diamanatkan oleh FAA untuk altimeter radio yang paling rentan terhadap gangguan.
FAA mencatat bahwa produsen radio-altimeter telah bekerja keras untuk mengembangkan dan menguji filter dan kit pemasangan. Sebelumnya, mereka dengan lantang menyebut bahwa efek dari internet 5G terhadap penerbangan sangat besar.