4. Otaknya dicuri dan dipelajari
Einstein meninggal di Rumah Sakit Princeton, tempat dia mengajar, pada usia 76. Segera setelah menghembuskan nafas terakhirnya, ahli patologi Princeton Thomas Harvey mengangkat otak dan mata Einstein untuk kemudian dipelajari.
Dia melakukan penelitian tentang otak dan membuat 240 slide dari sampel yang dikumpulkan. Selama 40 tahun, Harvey terus mengatakan bahwa dia hampir menerbitkan penelitiannya. Tetapi dia tidak pernah mempublikasikan temuan apapun sampai saat ini.
Baru pada akhir 1980-an, para ilmuwan lain mulai menerbitkan temuan tentang otak Einstein. Terungkap bahwa otak Einstein ternyata 15 persen lebih besar dari biasanya dan dia memiliki lebih banyak sel glial relatif terhadap neuron daripada rata-rata.
Meskipun begitu, otak Einstein ternyata memiliki berat yang lebih ringan dibanding otak manusia kebanyakan. Otak Einstein hanya berada di angka sekitar 1,2 Kg dari rata-rata 1,5 Kg.
5. Namanya diabadikan untuk nama sebuah sindrom
Einstein belum bisa bicara hingga ia berusia lima tahun. Tetapi keterlambatannya berbicara kemudian berbalik di usia remaja. Ia menjadi remaja yang mampu berbicara dalam banyak bahasa, belajar filsafat dan terampil bermain biola dan piano.
Karakteristik yang ditunjukkan Einstein tidak jarang ditemukan pada anak-anak. Hal ini menyebabkan ekonom Thomas Sowell menciptakan frasa "Sindrom Einstein," untuk menggambarkan anak-anak dengan keterlambatan bicara bukan karena autisme.
(Ahmad Muhajir)