SETIAP tanggal 10 Agustus, Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Di tahun ini, perayaan tersebut sudah menginjak usia ke-26.
Tetapi bukan berarti perkembangan teknologi di Tanah Air baru dimulai 26 tahun lalu. Sebab, perjalanannya sudah dimulai sejak lama, bahkan hampir seusia Bangsa Indonesia.
Berikut ini sepenggal kisah perjanan riset dan inovasi di Indonesia, sejak 1948–2021, dilansir dari laman resmi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Selasa (10/8/2021).

1948
Organisasi Penyelidikan Ilmu Pengetahuan Alam (OPIPA) dibentuk pada 1948 untuk menggantikan lembaga riset bentukan pemerintah Hindia Belanda. Lembaga itu bernama Natuurwetenschappelijk Raad voor Nederlandsch Indie, yang didirikan sejak 1928.
1956
Dibentuknya Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) berdasarkan UU No.6 Tahun 1956. MIPI dipimpin oleh Sarwono Prawirodihardjo, seorang ilmuwan yang berperan besar dalam pembangunan kelembagaan ilmu pengetahuan di Indonesia.
1958
Pada 5 Desember 1958, Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom didirikan melalui Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 1958, sebagai institusi di bidang penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan teknologi nuklir, yang kemudian pada 1964 BATAN berdiri melalui UU 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom.
1960
Pembangunan rekator nuklir pertama di Indonesia. Reaktor berjenis TRIGA Mark II dibangun di Bandung, sebagai reaktor pertama untuk kebutuhan riset nuklir di Indonesia.
Di tahun ini juga, Presiden Soekarno mengirim ribuan mahasiswa Indonesia untuk belajar ke berbagai negara pada berbagai bidang ilmu pengetahuan.
1961
Disusun Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Sistem Semesta Berencana, yang merupakan Perencanaan IPTEK 8 tahun ke depan (Visi IPTEK 1961–1969).
Pada sidang MPRS 1960 di Bandung, Presiden Soekarno menyampaikan bahwa MIPI segera di-retool menjadi badan penelitian nasional, dan sebaiknya hanya ada satu lembaga IPTEK tertinggi di Indonesia, untuk menghindari tumpang tindih dan pemborosan anggaran.
1962
Pemerintah Indonesia membentuk Departemen Urusan Research Nasional (Durenas) dengan Soedjono Djoened Poesponegoro sebagai Menteri Urusan Riset, dan menempatkan MIPI di bawah naungan Durenas. Lembaga itu mendapat tiga tambahan tugas. Ketua MIPI merangkap sebagai Deputi Meteri Riset.
1963
National Research Center Cibinong dibangung untuk mewadahi berbagai fasilitas pendukung kegiatan riset di berbagai bidang ilmu pengetahuan.
1967
Lamrenas dan MIPI dibubarkan oleh MPRS. Sebelumnya, Lamrenas dibentuk pada 1966 menggantikan Durenas. Kemudian melalui Keppres No.128 Tahun 1967, dibentuklah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang dipimpin oleh Sarwono Prawirohardjo.
1973
Soemitro Djojohadikusumo ditunjuk menjadi Menteri Negara Riset, sebagai institusi penerus dari Durenas. Pada saat itu, ativitas riset di Indonesia kembali menggeliat.
1976
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) dibangun sebagai kawasan terpadu untuk menempatkan fasilitas riset dan inovasi milik LIPI, BPPT, dan BATAN. Reaktor G.A. Siwabessy didirkan sejak 1983–1987 di kawasan nuklir PUSPIPTEK.
1978
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) didirikan, B.J Habibie ditunjuk sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi merangkap Kepala BPPT.
1984
Dewan Riset Nasional (DRN) dibentuk sebagai lembaga nonstruktural untuk menggali pemikiran dan pandangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.