SHIGATSE - Seluruh warga China yang berada di wilayah perbatasan dengan Tibet, dilarang menggunakan nada dering lagu-lagu berbahasa Tibet. Penggunaan nada dering tersebut dianggap dapat membangkitkan gerakan separatis Tibet.
Kebijakan larangan penggunaan lagu tersebut pertama kali dikeluarkan oleh Dinas pendidikan China di kota Shigatse. Para guru dan murid di sekolah tersebut tak boleh menggunakan 27 lagu terpopuler berbahasa Tibet. Hingga saat ini, China masih mengklaim Tibet sebagai bagian dari wilayahnya, meskipun provinsi tersebut menginginkan kemerdekaan dan lepas dari China.
Setidaknya, menurut Cellular-news, Senin (16/8/2010), ada 27 lagu yang dilarang untuk digunakan sebagai nada dering. Lagu yang dianggap 'tidak sehat' oleh China itu di antaranya 'Happy Shambala', 'The Hope of the Son of the Snow-City', 'The Five-Colored Prayer Flags', 'Snow-Mountain Folk', dan 'The Awaited Hope'.
"Bagi para staf dan siswa yang menggunakan lagu-lagu yang ada di dalam daftar sebaiknya anda mulai menghapusnya, begitu juga dengan CD lagu-lagu tersebut, sebaiknya anda menghancurkannya," demikian ditulis dalam sebuah situs sekolah menengah atas milik partai komunis di Shigatse mengikuti himbauan pemerintah.
Kebijakkan tersebut kemungkinan akan berlaku efektif mulai September mendatang.
(Sarie )