Peluang yang dibuka oleh pencapaian ini bisa dibilang cukup signifikan, dengan menawarkan peluang baru untuk melakukan operasi jarak jauh melalui layanan telehealth yang andal, mendukung kendaraan otonom, menyediakan konektivitas untuk tim tanggap bencana, menghubungkan warga sipil yang tinggal atau berada di tempat terpencil, dan dapat meningkatkan layanan internet dalam penerbangan.
“Eksperimen pertama di dunia ini menunjukkan keunggulan teknis ESA dalam memajukan teknologi akses satelit pita lebar,” Alberto Ginesi, Kepala Bagian Sistem dan Teknik Telekomunikasi ESA dari Direktorat Teknologi, Rekayasa, dan Kualitas (TEC) menjelaskan dalam sebuah pernyataan.
“Melalui pencapaian ini, kami telah menunjukkan kemampuan ESA untuk mendukung jaringan pita lebar satelit tingkat lanjut, yang membuka jalan bagi proyek-proyek mendatang seperti IRIS²,” ujarnya.
Inovasi penting dalam eksperimen ini adalah penggunaan standar terbuka, alih-alih teknologi bentuk gelombang milik sendiri. Standar terbuka dikembangkan oleh Third Generation Partnership Project (3GPP) – sebuah organisasi internasional yang menghasilkan standar telekomunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa perangkat seluler pada akhirnya dapat terhubung langsung ke satelit – yang disebut koneksi “langsung ke perangkat” – yang dapat menurunkan biaya dan kompleksitas yang terkait dengan infrastruktur terestrial.
Hal ini juga dapat meningkatkan interkonektivitas antara penyedia yang berbeda secara signifikan, terutama karena teknologi tersebut secara efektif merupakan cara untuk beralih dengan lancar antara jaringan berbasis darat dan satelit.
(Rahman Asmardika)