Hyundai Ogah Perang Harga, Ini Alasannya

Muhamad Fadli Ramadan, Jurnalis
Senin 28 Oktober 2024 18:51 WIB
Hyundai Kona Electric (Okezone)
Share :

JAKARTA - Hyundai saat ini sedang menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan angka penjualannya. Bahkan, mereka keluar dari daftar 10 brand terlaris di Indonesia saat ini karena kalah dari produsen asal China.

Berdasarkan data Gaikindo, sepanjang Januari-September 2024 jumlah penjualan Hyundai turun 35 persen dari 26.505 unit menjadi 17.164 unit. Sehingga menempatkannya dari peringkat 8 ke 11 di pasar nasional.

Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) menjelaskan penurunan itu karena adanya pergeseran preferensi konsumen. Menurutnya, ini berdampak pada semua segmen yang membuat seluruh produsen harus merespon dengan baik.

"Jadi kalau sekarang, dengan masuknya mobil listrik di kelas menengah dan bawah, pastinya akan ada impact di tempatnya premium. Impact ini tidak hanya pada pasar EV, tapi juga yang ICE (mesin pembakaran internal)," kata Frans di Jakarta beberapa waktu lalu.

Sebagai informasi, Hyundai menawarkan seluruh lini modelnya untuk kelas menengah ke atas atau bermain di segmen premium. Kendati kesulitan dalam hal penjualan, Hyundai tidak ingin bermain perang harga karena dapat merugikan diler.

"Namun segmen ini bukanlah yang bisa dipenuhi dengan hanya memberikan diskon atau menurunkan harga. Penurunan harga justru dapat menurunkan permintaan karena nilai produk dianggap berbeda," ujar Frans.

Frans menekankan saat ini mengaja profibilitas pada pasar yang menurun menjadi tantangan besar. Oleh sebab itu, jenama asal Korea Selatan tersebut hanya fokus pada pertumbuhan yang berkelanjutan.

 

"Caranya adalah tidak terlalu ikut perang harga. Lalu tidak berusaha ambil share volume terlalu besar, sehingga pressure di diler tidak terlalu tinggi. Itulah yang menyebabkan diler akan survive sampai tahun depan setidaknya," ungkapnya.

Menurutnya, industri otomotif di Indonesia akan mulai bangkit pada awal tahun depan. Mengingat pada tahun ini penurunan disebabkan oleh beragam faktor, salah satunya adalah pemilu presiden dan pilkada.

"Sebab harapan kita, Q1 2025 akan growing. Itu momentum kita lihat. Contohnya, pada Februari 2025 kan sudah ada pameran (IIMS). Kemudian lebaran di akhir Maret. Itu yang sudah kita analisa, kemungkinan besar pasar turun di Januari, Februari-Maret akan naik," ucap Frans.
 

(Erha Aprili Ramadhoni)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Ototekno lainnya