SELAMA beberapa dekade terakhir, komunitas ilmiah telah berupaya keras untuk mencari tahu dari mana asal asteroid yang menyebabkan kepunahan massal dinosaurus sekira 66 juta tahun lalu. Peristiwa penting ini telah mengubah keanekaragaman hayati Bumi dan memicu banyak teori dan diskusi di antara para peneliti.
Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa asteroid tersebut kemungkinan berasal dari wilayah tertentu di sabuk asteroid.
Mario Fischer-Godde, seorang ahli geokimia di Universitas Cologne dan penulis utama penelitian tersebut menemukan bahwa asteroid yang memusnahkan dinosaurus kemungkinan terbentuk di luar orbit Jupiter di Sabuk Kuiper.
Hal ini sangat mengejutkan karena bertentangan dengan apa yang diyakini sebagian besar ilmuwan tentang komposisi dan jalur tumbukan Chicxulub.
Penemuan ini berasal dari analisis isotop rutenium dalam sampel sedimen dari batas Cretaceous-Paleogen, yang menandai waktu tumbukan.
Rutenium, unsur yang umum di asteroid tetapi langka di Bumi, memberikan bukti utama yang diperlukan untuk melacak asal usul asteroid penting ini.
"Laboratorium kami di Cologne adalah salah satu laboratorium langka yang dapat melakukan pengukuran ini," kata Fischer-Godde, menekankan kemampuan unik yang memungkinkan penelitian ini terlaksana.
Sederhananya, kawah Chicxulub adalah tempat asteroid menghantam dan menyebabkan kepunahan dinosaurus. Kawah besar ini lebarnya sekira 150 kilometer dan masuk jauh ke dalam kerak Bumi.
Para ilmuwan memperkirakan asteroid yang membuat lubang raksasa ini lebarnya sekitar 10 hingga 15 kilometer.
Ketika menghantam Bumi, benda itu melepaskan energi yang setara dengan miliaran bom atom, langsung menguapkan semua yang ada di lokasi tumbukan dan mengirimkan gelombang kejut dan puing-puing beterbangan ke atmosfer.
Ahli geologi menemukan kawah Chicxulub pada akhir 1970-an saat mencari minyak. Mereka menemukan pola melingkar anomali gravitasi di bawah Semenanjung Yucatan, yang mengisyaratkan adanya struktur besar yang terkubur.
Penggalian lebih lanjut menunjukkan bahwa itu adalah kawah tumbukan, dan pada 1990-an, para ilmuwan menghubungkannya dengan peristiwa kepunahan massal yang memusnahkan dinosaurus dan banyak spesies lainnya.
Ketika asteroid itu menghantam, serangkaian peristiwa dahsyat pun terjadi. Dampak awalnya menciptakan ledakan dahsyat, meluncurkan bola api besar dan melemparkan batuan cair dan abu ke atmosfer.
Asteroid itu juga memicu tsunami raksasa yang menghantam lautan, sementara gelombang kejut meratakan hutan dan memicu kebakaran hutan di seluruh dunia.
Salah satu konsekuensi terbesarnya adalah banyaknya debu dan sulfur yang dilepaskan ke atmosfer. Hal ini menyebabkan penurunan tajam suhu global, sebuah fenomena yang kita sebut "dampak musim dingin".
Dengan berkurangnya sinar matahari, rantai makanan mulai runtuh, dimulai dari tanaman dan juga memengaruhi herbivora dan karnivora. Bencana lingkungan ini pada akhirnya menandai berakhirnya dinosaurus dan banyak bentuk kehidupan lainnya.
Sebelum penemuan ini, sebagian besar ilmuwan meyakini bahwa objek yang bertanggung jawab atas peristiwa dahsyat itu adalah sebuah komet -- benda es dari ujung terjauh tata surya, yang sangat dingin dan sempurna untuk membentuk benda-benda langit semacam ini.
Tahun lalu, sebuah studi terperinci menggunakan simulasi statistik tingkat lanjut untuk menunjukkan bahwa komet ini memang pemicu insiden besar yang mengubah sejarah Bumi.
Namun, temuan Fischer-Godde baru-baru ini benar-benar mengguncang pandangan lama itu, memberikan bukti kuat bahwa Chicxulub lebih mirip dengan asteroid tipe C, yang biasanya ditemukan di sabuk asteroid di luar Jupiter.
Ini adalah pengungkapan penting karena asteroid tipe C, yang kaya akan karbon dan sering mengandung air, jauh lebih jarang terlihat daripada sepupunya yang lebih dikenal, tipe S dari tata surya bagian dalam yang sebagian besar terbuat dari bahan silikat. Fakta bahwa asteroid tipe C langka membuat penemuan ini semakin penting.
Meskipun kita tidak sering menjumpai asteroid yang sulit ditemukan ini, potensi dampak yang ditimbulkan oleh tabrakan dengan asteroid tipe C akan sangat besar, seperti yang ditunjukkan oleh peristiwa Chicxulub yang menyebabkan kepunahan dinosaurus sekitar 66 juta tahun yang lalu.
Dampak Chicxulub merupakan petunjuk penting yang dapat mengungkap rahasia tentang sejarah Bumi. Berkat teknik modern, ilmuwan seperti Fischer-Godde tidak hanya dapat menjelajahi asal muasal dampak tertentu, tetapi juga gambaran yang lebih besar tentang tabrakan asteroid dengan Bumi.
Penelitian ini merupakan bagian dari upaya yang terus berkembang untuk memahami sejarah Bumi melalui peristiwa kosmik. Setiap penemuan baru menambah bagian lain pada teka-teki, membantu kita melihat bagaimana tabrakan kuno ini membentuk lingkungan dan kehidupan planet kita.
(Rahman Asmardika)