Selanjutnya, ditemukan 28 persen orang Indonesia membeli mobil atas alasan efisiensi berkendara. Sedangkan 15 persen di antaranya menyiroti pentingnya pilihan transportasi yang dipersonalisasi di kalangan konsumen Indonesia.
Senior PR Executive di Vero, Dzikri Sabillah Anwar (Chiki) dalam studi ini mengatakan produsen asal China sangat agresif dalam melakukan pemasaran. Itu dilakukan melalui kemitraan strategis dengan beberapa pihak.
“Merek-merek mobil China dapat meningkatkan visibilitas mereka dengan berpartisipasi dalam berbagai pameran besar, atau menyelenggarakan acara-acara yang menawarkan kesempatan untuk mencoba mobil dan berinteraksi dengan perwakilan merek,” kata Chiki yang juga menjadi peniliti.
Sedangkan Vero Vice President IMC Consulting Quang Do menambahkan, merek-merek China dapat menggali lebih dalam mengatasi masalah konsumen dalam adopsi kendaraan listrik, mulai persoalan infrastruktur pengisian daya dan sistem penukaran baterai yang nyaman.
“Inisiatif offline ini membawa merek-merek tersebut berinteraksi secara langsung dengan audiens target mereka dan memberikan wawasan yang tak ternilai ke dalam perilaku konsumen,” sambungnya.
Mobil asal China telah berada di pasar Indonesia sejak puluhan tahun lalu. Namun, mereka semakin terlihat pada 2018, ketika Wuling memasarkan produknya dan mulai membangun fasilitas pabrik di Tanah Air.
(Maruf El Rumi)