JAKARTA - Tren bekerja dari jarak jauh atau dari rumah (WFH) dianggap dapat membantu dalam mengurangi emisi yang dihasilkan para pekerja kantoran hingga 54%.
Transisi awal WFH maupun bekerja secara hybrid ini sendiri telah mencuat sejak adanya pandemi Covid-19. Penyebaran virus yang cepat telah menekan perusahaan-perusahaan untuk melakukan berbagai aktivitas pemantauan yang melibatkan para pekerja dari jarak jauh.
Keefektifan bekerja dari jarak jauh akhirnya sampai pada titik saat ini, di mana beberapa penelitian menunjukkan efek positif dari jarak jauh, salah satunya terhadap pengurangan emisi yang dihasilkan oleh pekerja jarak jauh dibandingkan dengan pekerja kantoran biasa.
Dilansir dari situs Gizmodo, Kamis (21/9/2023) sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences secara konkret membahas berkurangnya emisi pekerja yang terjadi dengan menekankan poin sebagai efek dari jarang bepergian dan bekerja di luar kantor.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Microsoft dan Cornell University tersebut menganalisis berbagai pertimbangan emisi pekerja seperti teknologi komunikasi, perjalanan pulang pergi, perjalanan non-perjalanan, dan penggunaan energi kantor yang kemudian dibandingkan dengan penggunaan energi di rumah.
Hasilnya, emisi dari penggunaan energi bekerja di kantor lebih besar dibanding dengan WFH atau hybrid.
“Pekerja jarak jauh bisa memiliki jejak karbon 54% lebih rendah dibandingkan pekerja di lapangan; pekerja hibrida dengan dua hingga empat hari kerja di rumah dapat mengurangi emisi GRK sebesar 11 hingga 29%,” bunyi studi tersebut.
Dengan kata lain, para peneliti berusaha menjelaskan bahwa penyumbang emisi terbesar dari pekerja di lokasi dan pekerja hybrid adalah energi yang digunakan di ruang kantor itu sendiri. Namun, hal ini tidak serta-merta menyarankan praktek bekerja dari jarak jauh secara keseluruhan.