Insiden ini menyoroti kerentanan sistem tiket online terhadap serangan siber, dan pelaku ancaman dapat mencoba menerobos sistem untuk mendapatkan akses tidak sah ke akun pengguna, sehingga dapat mencuri informasi pribadi dan melakukan penipuan.
Beberapa jenis serangan siber yang umum mempengaruhi penjualan tiket konser online meliputi:
1. Serangan Denial-of-Service (DDoS) yang terdistribusi
Dalam skenario ini, pelaku kejahatan membanjiri situs web atau platform tiket online dengan jumlah traffic yang berlebihan, sehingga menyebabkan situs tersebut macet atau tidak dapat diakses.
Hal ini tidak hanya mengganggu proses penjualan tiket, tetapi juga menimbulkan rasa frustrasi di antara calon pembeli.
2. Serangan phishing dan rekayasa sosial
Penjahat siber sering kali mengirim email penipuan atau membuat situs web palsu yang meniru penjual tiket resmi.
Pelaku ancaman mengambil keuntungan dengan mengeksploitasi jaringan yang dipercaya untuk menjebak korban; salah satu caranya adalah melalui phising, di mana mereka menyuntikkan kode berbahaya yang mereka miliki ke dalam situs web asli, dan mereka biasanya menyebarkannya melalui domain yang baru didaftarkan (NRD).
Terdapat data yang menunjukkan bahwa sekitar 12,9% NRD telah disusupi oleh serangan phishing yang berasal dari layanan musik. Pelanggan yang tidak menaruh curiga dapat tertipu untuk memberikan informasi pribadi mereka, seperti detail kartu kredit, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan penipuan.
3. Pelanggaran data dan informasi pelanggan yang dicuri
Peretas dapat menargetkan database yang berisi data pelanggan, termasuk nama, alamat, dan detail pembayaran.
Informasi yang dicuri ini dapat dijual di dark web atau digunakan untuk pencurian identitas dan penipuan keuangan.