JAKARTA - Pemerintah kini kembali mengenjot penjualan kendaraan listrik di Indonesia. Regulasi pun kembali disesuaikan, guna bisa menjangkau semua kalangan masyarakat.
Sejauh ini subsidi kendaraan elektifikasi yang telah digelontorkan baru untuk mobil, motor dan konversi motor listrik serta bus listrik.
Untuk segmen kendaraan komersial seperti truk belum mendapatkan perhatian, padahal secara potensi sangat besar.
Merespons hal itu, Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda, menegaskan pemerintah perlu reformulasi ulang kriteria penerima manfaat subsidi.
"Lebih baik tidak ada subsidi motor listrik karena hanya dinikmati kalangan orang berpendapatan menengah ke atas saja," Kata Huda kepada Okezone, Jumat (18/8/2023).
"Baiknya itu lebih digunakan untuk insentif-insentif yang berhubungan dengan masyarakat miskin seperti pengembangan usaha mikro atau insentif bagi sektor pertanian," tuturnya lebih lanjut.
Menurut pandanganya, subsidi kendaraan listrik seharusnya bukan ditujukan ke pengguna konsumen akhir. "Tapi ke mobil niaga karena sifatnya untuk operasional pengantaran barang," jelasnya.
"Namun kendalanya pasti ada di pengisian baterainya dimana mobil niaga ini kan perlu cepat dan mungkin menempuh jarak cukup jauh. Kehadiran Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di setiap daerah maka sangat penting plus pada durasi pengisiannya," ungkapnya lagi.
Sehingga menjadi catatan penting, untuk bisa menghadirkan SPKLU yang lebih memadai dan berteknologi canggih guna memperkuat laju kendaraan niaga.
"Kalau lama ya mobil listrik niaga akan kalah sama yang bahan bakar fosil. Jadi tantangannya di situ, kecuali di setiap dealer tersedia ganti baterai seperti beberapa motor listrik yang bisa ganti," tuturnya.
Sebelumnya PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), membawa Next Generation eCanter ke Indonesia, dalam ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023.
Next Generation eCanter ini sepenuhnya bertenaga listrik, sehingga bebas emisi gas buang, memiliki jarak tempuh yang lebih jauh dengan akselerasi lebih bertenanga.
Kendati demikian, kendaraan yang cocok untuk sektor logistik di area perkotaan serta distribusi lokal ini, menurut Duljatmono, Sales and Marketing Director KTB, masih hadapi sejumlah tantangan salah satunya ialah perhatian pemerintah.
"Harapannya regulasi untuk kendaraan komersial ada, sekarang mobil penumpang dan motor listrik dapat support. Untuk aturan kendaraan angkut elektrik maupun hybrid belum ada dukungan, agar kendaraan komersial listrik harganya juga terjangkau, menunjang kebutuhan bisnis dalam kota," papar Duljatmono.
Sebagai catatan, mobil komersial niaga tanpa emisi dan suara itu bakal meluncur tahun depan di Indonesia, dan telah mengaspal di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Selandia Baru.
Truk eCanter ini memiliki tiga pilihan ukuran baterai menyesuaikan dengan kebutuhan dari konsumen, yakni ukuran S, M dan L yang menghasilkan performa tenaga dan jangkauan kendara berbeda dalam sekali pengisian.
S punya power 41 kWh dengan jangkauan jarak 70-100 km, lalu M diklaim punya power 83 kWh jarak tempuh 120-150 km, dan L memiliki power 124 kWh yang bisa mencapai jarak 170-200 km.
(Imantoko Kurniadi)