SEMAKIN canggih teknologi, maka ancaman ransomware pun semakin berbahaya. Ransomware modern memiliki tingkat ancaman yang lebih tinggi dibanding ransomware "lama".
Chief Technology Officer (CTO) PT Prosperita Mitra Indonesia Yudhi Kukuh mengatakan, ransomware lama hanya mengenkripsi sebuah data saja. Setelah itu, sesuai namanya sang pembuat pun akan meminta tebusan.
"Kalau sekarang habis dienkripsi lalu diambil juga datanya. Kalau tidak dibayar akan disebar datanya," ujar Kukuh seperti dilansir dari Antara.
Serangan ransomware modern biasanya dioperasikan oleh manusia, membutuhkan kaki-tangan untuk membantu mendapatkan akses ke data sensitif, sehingga sulit bagi korban untuk pulih. Dengan kata lain serangan lebih tertarget.
Dalam operasinya, para pelaku ancaman menggunakan teknik pemerasan ganda, seperti double extortion hingga multiple extortion. Hal ini berarti, selain mengenkripsi data korban, para penjahat siber juga mengekstrak data sensitif dari jaringan target.
Data yang telah dicuri kemudian dapat dipublikasikan secara daring atau dijual di web gelap, sehingga menekan korban untuk membayar uang tebusan. Serangan ini juga semakin kompleks dengan adanya kolaborasi antara beberapa kelompok pelaku kejahatan siber, terutama melalui model langganan ransomware-as-a-service (RaaS).
Dalam model ini, para pelaku yang berpengalaman menyerang target dengan imbalan beberapa layanan lain. Strategi serangan ransomware modern dinilai mempersulit sistem keamanan.