Melanir NY Times, tim peneliti pun menyebut, peristiwa cuaca yang mematikan itu tidak mungkin terjadi tanpa perubahan iklim. Kita telah lama mengetahui bahwa dunia telah menghangat lebih dari 1 derajat Celcius (sekitar 1,8 derajat Fahrenheit) sejak tahun 1900, dan laju pemanasan telah meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir.
Penyebab utama pemanasan global saat ini adalah manusia yang membakar bahan bakar fosil. Ribuan ilmuwan, yang telah mempelajari penyebabnya selama beberapa dekade, telah mencapai konsensus yang luar biasa ini. Secara global pada tahun 2022, manusia mengeluarkan sekira 36,8 miliar metrik ton karbon dioksida yang menghangatkan planet dengan membakar batu bara, gas alam, dan minyak untuk energi.
Ini pun berkontribusi pada peristiwa cuaca ekstrem dan membantu membuat periode panas ekstrem menjadi lebih sering, lebih lama, dan lebih intens. Selain itu, kembalinya pola iklim alami musim panas ini yang dikenal sebagai El Niño membawa peluang peningkatan suhu yang lebih panas dari biasanya di akhir tahun ini dan di tahun 2024.
Ilmuwan iklim Friederike Otto dari Institut Perubahan Iklim dan Lingkungan Grantham di Imperial College London Inggris pun menyebut cuaca panas ini telah menjadi sejarah baru. "Tapi ini bukan tonggak sejarah yang harus kita rayakan," kata mereka.
"Ini adalah hukuman mati bagi manusia dan ekosistem," tambah mereka.
(Martin Bagya Kertiyasa)